Selasa, 27 Maret 2012

Kisah Burung Beo

     Konon, dipedalaman hutan yang lebat di Kalimantan, hiduplah seekor burung beo. Dia tinggal bersama burung yang lain. Dihutan itu burung beo menjadi sosok yang sangat ditakuti diantara burung lainnya. Pada suatu hari, burung beo bertemu dengan burung elang disebuah batu ditengah danau yang sejuk. "Hai makhluk asing! Apa yang membuat engkau berani hinggap dibatu yang sedang aku tempati?" seru burung beo dengan sombongnya. "Batu ini masih cukup luas untuk burung yang lain! Kenapa engkau menguasainya seorang diri?" jawab burung elang dengan sopan. "Oh rupanya kau burung yang tersesat! Kuberi tahu sesuatu, elang! Dihutan ini, akulah yang memiliki kemampuan dan keindahan tanpa tanding. Jadi, aku takkan sudi hinggap bersama burung yang berwarna jelek dan bersuara payah sepertimu!" burung beo menunjukan kesombongannya. "Benarkah? Apakah kau sehebat dan setangguh itu?" tanya burung elang dengan penasaran. "Tentu saja! Bahkan kau pun takkan mampu menandingi kehebatanku!". "Baiklah jika kau memang jagoan! Bagaimana kalau kita bertanding? Biar para penghuni hutan jadi jurinya" tantang burung elang kepada burung beo. "Baik aku setuju! Yang kalah harus mengakui kehebatan yang menang!" ujar burung beo kepada merpati.
     Keesokan harinya, perlombaan pun dimulai.Seluruh penghuni hutan menyaksikan perlombaan itu. Burung beo dengan kesombongan dan keangkuhannya telah menerima tantangan burung elang untuk adu ketangkasan dan adu kecepatan dalam hal terbang. Burung beo yang sombong itu tidak mengetahui bahwa lawannya kali ini adalah burung tercepat yang mampu melesat dan berhenti dengan seketika.
     Rute lomba telah disepakati. Kedua burung itu akan menyusuri hutan dan kemudian mengambil sebuah biji semangka yang telah diletakkan disebuah menara diluar hutan, ditengah pemukiman penduduk. "Kita akan sama- sama melihat kekalahan seekor burung dari daratan yang jauh ini!" ujar burung beo kepada warga hutan
     Perlombaan dimulai. Burung beo melesat dengan cepat. Namun kecepatannya masih lambat dibandingkan dengan burung elang yang tiba- tiba telah jauh melesat didepannya. Dengan seluruh kekuatannya, burung beo berhasil menyusul burung elang. Hal itu tidak berlangsung lama. Burung beo segera kehilangan tenaganya dan kembali tertinggal. Sementara itu burung elang membawa cadangan makanan yang memberinya tenaga bannyak. Burung elang berhasil sampai dimenara lebih dulu dan mengambil biji semangka itu. Burung beo menyusul kemudian dengan susah payah dan tampak kelelahan kehabisan tenaga. "Kesombongan tak terbukti pada lomba kali ini!" ujar burung elang. "Aku akan mengalahkanmu dalam perjalanan kembali kehutan!" umpat burung beo kepada elang. Burung elang hendak terbang menuju hutan, tetapi tiba- tiba dari arah bawah tampak penduduk desa beramai- ramai telah membawa jala dan jerat untuk menangkap si burung beo. Burung elang berteriak kepada burung beo untuk segera pergi. Saat itulah biji semangka yang dibawa elang jatuh ketanah. Burung beo tidak menyia- nyiakan kesempatan ini. Ia terus terbang dan terbeng tiba- tiba..... "Kena!" teriak seorang penduduk yang berhasil menangkap burung beo dengan jala. "Lihat! Pasti burung beo ini bagus ditempatkan disangkar dekat rumahku!" ujar penduduk yang berhasil menangkap burung beo.
     Burung elang hanya bisa menatap peristiwa tragis itu. Burung beo dengan bulu dan suaranya yang selalu ia sombongkan kini tinggal didalam sangkar rumah penduduk. Dia tidak lagi dapat meyombongkan dirinya dengan warna dan suaranya yang indah. Begitulah akhir dari kesombongan dan keserakahan si burung beo.

Senin, 26 Maret 2012

Semut dan Belalang

     Pada suatu hari, ada koloni semut yang sedang bekerja memcari makanan. Saat mereka sedang giat mencari makan, ada seekor belalang yang terlihat kelelahan datang kepada semut. Belalang itu berkata :"Wahai semut yang baik hati, bisakah engkau menolongku?"."Apakah yang bisa aku bantu?" tanya semut. "Jika boleh, apakah aku diizinkan tinggal sedikit lama disini?" jawab belalang. Semut berkata "Bloleh- boleh saja teman, ayo kutunjukkan tempat tinggal untukmu".
    Belalang sudah beberapa bulan tinggal ditempat semut dengan hanya makan, tidur dan memerinta. Lalu suatu hari semut berkata dengan sopan kepada belalang, "Teman! Apakah engkau sudah mememukan tempat tinggal untukmu?" lalu belalang berkata "Belum, mungkin beberapa hari lagi aku akan mencari" jawab belalang. Setelah beberapa hari kemudian, semut berkata lagi "Wahai belalang, apakah engkau sudah menemukan rumah untuk dirimu?" lalu belalang menjawab "Belum, nanti aku akan mencarinya!". Setelah beberapa minggu kemudian, semut berkata dengan agak marah, "Belalang! Kenapa setiap hari engkau hanya makan, minum, tidur dan memerintah saja! Saat itu kau bilang akan mencari tempat tinggal! Bukan kami tidak mau menerimamu tapi kami sudah lelah karena kelakuanmu! Jika kau sudah menemukan rumah, cepat pergi!". Lalu belalang menjawab, "Baiklah!". Lalu belalang pergi dengan hati yang gusar. Ia terus berkeliling dan mencari rumah yang cocok untuknya. Karena ia sudah terlalu lama tidak makan dan minum akhirnya ia mati. Tetapi ada seekor semut yang menemukannya sebelum ia mati dan belalang berkata "Tolong bawa aku kepada ketuamu" lalu semut itu membawanya kepada tuan mereka ternyata tuan itu adalah semut yang ia kenal dan belalang berkta kepada semut tersebut "Maafkan aku atas perbuatan yang telah kulakukan padamu! Tapi bolehkan belum mati aku meminta bantuanmu?" setelah melihat keadaan belalang, semut berkata "Apa itu?" dan belalang bicara "Aku minta dikuburkan dengan baik". Lalu semut memakamkannya sesuai dengan permintaan belalang, ia selau merewat dan membersihkan makan belalang yang telah berbuat jahat kepadanya.

Jumat, 23 Maret 2012

Pertengkaran

WIKIPEDIA : Aku tau semuanya.
FACEBOOK : Aku kenal dengan semua orang.
GOOGLE : Aku punya semuanya.
MOZILA : Tanpa aku kalian tidak bisa di akses.
EXPLORER : Kan gue masih ada.
MOZILA : Apaan sih lo, ganggu acara orang aja!
EXPLORER : Lo sih, ngaku-ngaku cuma ada lo sendiri!
INTERNET : Udah-udah! Jangan banyak bacot lo semua, kalo gak ada gue kalian semua gak bakalan ada!
FACEBOOK : Huuu, yang paling sering dikunjungi kan gue, jadi gue yang terbaik.
YAHOO : Facebook, Inget, tanpa gue lo gak bisa buat Email!
GOOGLE : Yahoo, Gue juga bisa buat Email.
INTERNET : zzz... Udah tau gue yg paling hebat :p
KOMPUTER : Gua Paling dewa di sini.
PLN : Bacot lo semua! Gua matiin nih listriknya!
GENSET : tenang aja kan masih ada saya
PLN : diem lu
PERTAMINA : awas kalian semua, saya stop pasokan BBM baru tau rasa lo
SOLAR CELL : tenang kan selama masih ada saya semuanya aman
Matahari : Ettt Gk gw sinarin diem lo
Air, Batubara, Petir : MASIH ADA GUA !!!
Bumi : Lo klo gk ada gw pasti gk bakal ada
Jagat raya: lo semua kalo gak ada gwe pasti kalian gak bakalan ada....
Tuhan: tanpa saya kalian semua tidak pernah ada

Kamis, 22 Maret 2012

Emas dan Batu


   Berkat kerja keras dan selalu menabung, petani itu akhirnya kaya raya. Karena tak ingin tetangganya tahu mengenai kekayaannya, seluruh tabungannya dibelikan emas dan dikuburnya emas itu di sebuah lubang di belakang rumahnya. Seminggu sekali digalinya lubang itu, dikeluarkan emasnya, dan diciuminya dengan penuh kebanggaan. Setelah puas, ia kembali mengubur emasnya.
   Pada suatu hari, seorang penjahat melihat perbuatan petani itu. Malam harinya, penjahat itu mencuri seluruh emas si petani.
   Esok harinya petani itu menangis meraung-raung sehingga seluruh tetangga mengetahui apa yang terjadi. Tak seorang tetangga pun tahu siapa yang mencuri emasnya. Jangankan soal pencurian, tentang lubang berisi emas itu saja mereka baru tahu hari itu. Kalau tidak ada pencurian, tak ada yang tahu bahwa petani itu memiliki emas yang dikubur di belakang rumahnya. Sebagian orang ikut bersedih atas pencurian itu, sebagian yang lain mengejek dan menganggap petani itu bodoh.
   “Salah sendiri menyimpan emas di rumah. Mengapa tidak dijual saja dan uangnya dipakai untuk membangun rumah. Biar rumahnya lebih bagus, tidak reot seperti sekarang. Itulah ganjaran orang kikir. Kalau dimintai sumbangan, selalu saja jawabannya tidak punya. Sekarang, rasakan sendiri!”
   Tetapi tak seorang pun yang berani terus terang mengejek atau mengumpat petani yang ditimpa kemalangan itu. Semua ejekan dan umpatan hanya diucapkan di antara sesama mereka saja, tidak di hadapan si petani. Hanya seorang lelaki tua miskin yang berani bersikap jujur kepada petani itu. Lelaki tua itu tinggal tak jauh dari rumah si petani.
   “Sudahlah, begini saja. Di lubang bekas emas itu kuburkanlah sebongkah batu atau apa saja dan berlakulah seperti sebelum kau kecurian.”. Mendengar itu, si petani itu marah.
   “Apa maksudmu? Kau mengejekku, ya? Yang hilang itu emas, bukan batu. Kau sungguh tetangga yang jahat. Kau memang orang miskin yang cuma bisa mengubur batu. Aku bisa mengubur emas atau apa saja semauku. Kini aku kehilangan emas dan kau enak saja menyuruhku mengubur batu. Kau pikir batu sama dengan emas?!”
   Suasana pun gaduh. Orang-orang melerai.Dengan tenang lelaki tua itu menjawab: “Apa bedanya emas dan batu? Kalau kau bisa mengubur emas, seharusnya kau juga bisa mengubur batu. Tahukah kau, dengan mengubur emas berarti kau telah menjadikan logam mulia itu sebagai barang yang tidak berharga. Lalu, apa salahnya kau mengubur batu dan berkhayal yang kau kubur itu adalah emas.”

Kucing yang Terlupakan


   Di sebuah perumahan, hiduplah seekor kucing berwarna hitam. Nama kucing itu Molly. Ia tinggal di rumah keluarga Jones. Molly selalu memburu dan memakan tikus-tikus yang suka mencuri makanan di dapur keluarga Jones.
Molly memang seekor kucing yang lucu dan menggemaskan. Matanya berwarna hijau dan kumisnya panjang berwarna putih. Ia suka mendengkur dan sangat senang bila tubuhnya dibelai.
   Namun, tidak seorang pun di keluarga Jones suka membelai Molly. Kedua anak di keluarga Jones kurang menyukai binatang, sedang nyonya Jones sering membentak Molly jika ia mengeong waktu nyonya Jones sedang memasak ikan.
   Di samping rumah keluarga Jones, hiduplah seorang anak bernama Billy. Billy adalah anak yang baik dan sangat menyayangi binatang. Karena itu ia juga sangat menyayangi Molly. Setiap sore Molly melompat dari pagar keluarga Jones untuk mencari Billy dan minta dibelai.   “Alangkah senangnya aku jika Molly ini kucingku,” kata Billy kepada ibunya. “Aku ingin memelihara kucing juga, bu!” Tetapi ibu Billy tidak ingin memelihara binatang di rumahnya, walaupun sebenarnya ia juga suka kepada Molly.
   Pada suatu hari kuarga Jones pergi ke luar kota. Saat hendak berangkat, anak-anak keluarga Jones berpamitan kepada Billy. Rupanya mereka hendak pergi berlibur selama sebulan. 
   Setelah memasukkan semua barang ke dalam taksi, keluarga Jones berangkat. “Molly pasti diajak juga,” pikir Billy. Namun ia keliru. Ia sangat terkejut saat melihat Molly masih ada di halaman rumah keluarga Jones. Billy lalu menceritakan hal itu kepada ibunya. “Pasti ada orang yang diberi tugas untuk merawat dan memberi makan Molly setiap hari,” kata ibu Billy. 
   Molly bertanya-tanya ke mana tuannya pergi. Setelah lama menunggu ia menggaruk-garuk pintu dapur dengan cakarnya berharap dibukakan pintu. Tetapi tampaknya tidak ada orang di dalam rumah. Molly lalu memeriksa kalau-kalau ada jendela yang terbuka sehingga ia bisa masuk, tapi ternyata semua jendela terkunci rapat. 
   Molly merasa kesepian. Tetapi ia berharap tuannya akan pulang nanti sore.Tetapi setelah lama menunggu tuannya tidak juga pulang. Molly mulai merasa kelaparan. Ia juga kedinginan karena harus tidur di luar. Walaupun bersembunyi di dalam semak-semak, ia tetap basah karena kehujanan. Molly mulai sakit. Dua hari telah berlalu. Karena kelaparan Molly memakan tulang kering yang ditemukannya dan juga daun-daun kering yang ada disekitar rumah. Penyakitnya juga semakin parah. Ia bersin-bersin dan lemas.
   Pada hari keempat Molly sudah menjadi sangat kurus. Ia bahkan hampir tidak bisa berjalan karena sangat lemah. Ia lalu teringat kepada Billy, anak yang tinggal di rumah sebelah. Siapa tahu Billy bisa memberinya makanan.
   Ia lalu berjalan pelan menuju rumah Billy. Saat melihat Molly, Billy hampir tidak mengenalinya lagi. “Astaga!, kaukah itu Molly?” seru Billy terkejut. Ia berlutut dan membelai Molly. “Oh kasihan, kau sangat kurus, pasti kau kelaparan. Apakah tidak ada orang yang diberi tugas untuk memberimu makan?” 
   Billy segera mengambilkan ikan dan susu untuk Molly. “Oh kasihan,” kata ibu Billy. Untuk sementara biar saja ia tidur di dapur kita.”
   Molly sangat senang. Setelah makan dengan lahap, ia lalu tidur dengan nyenyak di dapur ibu Billy. Billy bahkan memberinya tempat tidur dari kotak kayu. Billy juga membersihkan badannya yang kotor karena beberapa hari tidur di semak-semak.
   Malamnya, Molly benar-benar terkejut. Ternyata dapur ibu Billy banyak sekali tikusnya. Maka ia pun menangkap tikus-tikus itu, karena ia ingin membalas kebaikan Billy dan ibunya.Keesokan harinya ibu Billy terkejut karena melihat banyak sekali tikus yang telah ditangkap oleh Molly. Ibu Billy sangat senang. Molly pun menjadi semakin disayang di keluarga itu. 
   Sebulan kemudian, keluarga Jones pulang dari berlibur. Dengan berat hari Billy mengantar Molly pulang ke rumah keluarga Jones. Tapi, setiap diantar pulang, Molly selalu melarikan diri dan kembali ke rumah Billy. Molly tahu bahwa Billy dan ibunya sangat menyayanginya, tidak seperti keluarga Jones yang tega menelantarkannya. Karena keluarga Jones tidak terlalu memperdulikan Molly akhirnya mereka pun memberikan kucing itu kepada Billy.
   Akhirnya Molly pun tinggal bersama Billy dan ibunya. Ia sangat bahagia karena selalu disayang dan dibelai. Ibu Billy pun senang karena dapurnya menjadi bebas dari gangguan tikus.

Anjing yang Rakus


   Dahulu ada seekor anjing  mencuri sepotong  tulang yang besar di pasar. Ia berlari kencang sekali sehingga tidak terkejar si tukang daging. Ia berlari ke ladang sambil membawa tulang di mulutnya. Ia ingin makan semuanya sendirian.
   Anjing itu melewati sebuah sungai kecil. Ada sebuah jembatan sempit di atasnya. Ia berjalan di jembatan itu sambil melihat ke air. Ia melihat bayangannya sendiri di dalam air. Ia berpikir ada anjing lain dengan tulang di mulutnya. Anjing yang rakus itu berpikir tulang yang di mulut anjing itu lebih besar dari pada yang ia bawa.
   Ia meloncat ke air untuk merebut tulang yang lebih besar dari anjing yang ia lihat tadi. Ia meloncat dengan sangat kuat sehingga tulang di mulutnya terlepas. Ia mencari di mana-mana tetapi tidak menemukan anjing yang lain. Bayangan tadi telah hilang.
   Anjing yang bodoh itu pulang kelaparan dan kedinginan. Ia kehilangan tulang yang ia curi dari tukang daging dan tidak mendapatkan apa pun karena ia terlalu rakus.

Selasa, 20 Maret 2012

Tangisan Tengah Malam

     Pada malam hari di dekat pohon beringin yang besar, terlihat ada tiga orang pria yang berwajah menyeramkan sedang mengancam gadis yang tak berdaya. Pria- pria itu terlihat terus memukuli gadis itu.
Pria berwajah menyeramkan:"Cepat katakan dimana benda itu! Jika kau tidak meu memberi tau kau akan du bunuh!".
Gadis tak berdaya:"Sumpah! Aku tidak tau! Tolong ampuni aku....".
     Gadis itu tidak bisa berbuat apa- apa. Pria- pria itu terus memukuli gadis itu, ia hanya bisa menahan sakit. Setelah terlalu banyak pukulan- pukulan besi yang dihantamkan kepada gadis itu, ia pun meninggal dunia. Setelah korbannya terbunuh, pria- pria itu pun pergi dan mengubur mayat gadis itu didekat pohon tersebut.
     Beberapa tahun kemudian, tempat itu sedah menjadi kawasan perumahan yang cukup bagus untuk orang- orang kaya. Tetapi pohon itu tidak ditebang karena sudah terlalu besar. Disana sekarang ada orang baru yang membeli rumah dikawasan itu bernama Suwarno yang memiliki putri bernama Diana. Diana adalah anak yang selalu ceria. Tetapi belakangan ini sejak mereka pindah kerumah itu, Diana sering mimpi buruk dan juga wajahnya yang ceria berubah menjadi wajah yang muram. Setiap malam, Diana selau bermimpi buruk. Suatu hari, saat Diana hendak pergi tidut, tiba- tibaia membuka pintu rumah dan berlari ke arah pohon besar itu sambil berkata "Tolong ampuni aku! Tolong ampuni nyawaku! Jangan bunuh aku!". Diana terus saja mengatakan itu. Keesokan harinya, ayahnya Suwarno memanggil orang pintar untuk menyembuhkan Diana. Orang pintar itu lalu mengambil segelas air yang telah ia doa- doakan lalu disemburnya air itu ke wajah Diana. Tiba- tiba dari kepala Diana keluar asap berwarna putih yang menjelma menjadi Seorang wanita berbaju putih dan berambut panjang. Ia berkata "Tolong kuburkan jenazahku dengan layak. Tubuhku ada didekat pohon besar itu" ujar hantu tersebut. Setelah menyampaikan pesan, asap putih hilang begitu saja. Dan tiba- tiba Diana kembali seperti semula. Dan warga- warga menguburkan jenazah gadis itu dengan layak.

Senin, 19 Maret 2012

Ayam Homo

     Pada suatu hari, ayam muda sedang berebut betina dengan ayam tua.
Ayam tua:"Disini kan ada 20 ayam betina, untukku 15 untukku dan 5 kuberikan untukmu".
Ayam muda:"Ah! Tidak mau! aku mau semuanya!".
Ayam tua:"Baiklah kalau begitu!Bagaimana kalau kita lomba lari dengan jarak 100 meter dan yang menang dapatkan 20 ayam betina, bagaimana?"
Ayam muda:"Baiklah!"
Ayam tua:"Karena aku sudah tua, bagaimana kalau aku lari 20 meter labih dulu?"
Ayam muda:"Baik!"
     Lalu ayam tua lari 20 meter lebih dahulu dan baru yam muda lari menyusul ayam tua dan tiba- tiba terdengar suara "Duarrrrrrrrrrrr" dan ternyata kepala ayam muda meletus karena ditembak oleh pemilik ayam.
Pemilik ayam:"Gila!Sudah 20 ayam yang kutembak! Masih ada 20 betina kenapa mengejar jantan! Dasar ayam homo!"

Raja yang Bodoh

   Dahulu kala, ada seorang raja yang pesolek dan sangat suka mengenakan baju-baju baru. Dia banyak menghabiskan waktu hanya untuk memandangi dirinya sendiri di cermin, dan selalu ingin mengenakan baju-baju baru di pagi, siang dan malam hari!! 

   Pada suatu hari, datanglah dua orang penipu yang menyamar sebagai pembuat baju yang hebat. Mereka mengaku bahwa mereka pandai menenun dan membuat baju dengan kualitas yang sangat bagus, sampai-sampai kain yang mereka pakai untuk membuat baju tidak akan terlihat, kecuali oleh orang-orang pintar.  

   Ketika raja mendengar hal itu, dia sangat tertarik. “Itu bagus, aku bisa tahu siapa saja yang bodoh dan siapa saja yang pintar di kerajaan ini.” Pikirnya. Raja segera memerintah kedua orang itu untuk membuatkan baju baru untuk dirinya, menggunakan bahan kain istimewa itu. Mereka diberi sebuah ruangan khusus di istana, beserta benang-benang emas yang mereka minta. Kedua penipu itu menyembunyikan benang-benang emas yang mereka terima, kemudian berpura-pura sedang bekerja keras untuk membuat sebuah baju. 

   Beberapa hari kemudian, raja yang tidak sabar mengutus menteri nya untuk menengok baju istimewa yang sedang dibuat itu. Ketika menteri mengunjungi para penipu yang menyamar itu, ia pun kebingungan. “Aku tidak melihat apa pun disini” pikirnya. Akan tetapi menteri itu tidak mau mengakuinya karena tidak ingin dianggap bodoh. Maka ia pun memuji kedua penipu itu dan mengatakan bahwa baju yang mereka buat sangat indah. Setelah menteri keluar dari ruangan itu, kedua penipu tertawa terbahak-bahak. 

   Tak lama kemudian sang raja datang untuk melihat sendiri. Dia berusaha melihat keseluruh ruangan, tapi ia tidak melihat apa pun. Namun, karena tidak ingin dianggap bodoh, raja pun berpura-pura bisa melihat baju yang istimewa itu dan berkata, “Baju yang sangat indah, aku tidak sabar ingin segera memakainya” 

   Keesokan harinya adalah hari dimana sang raja akan mengenakan baju barunya pada acara pawai keliling kota. Kedua penipu yang menyamar telah berpamitan dan pergi dengan alasan akan membuatkan baju untuk raja dari kerajaan-kerajaan lain. Tentu saja, mereka tidak lupa membawa benang-benang emas yang telah mereka sembunyikan, beserta uang emas upah membuat baju. 

   Saat raja memakai baju barunya, ia tetap saja tidak bisa melihat baju itu, dan ia merasa kedinginan. Tapi karena tidak ingin dibilang bodoh, raja pun berputar-putar di depan cermin dan mengagumi baju barunya, walaupun ia tidak melihat apa-apa. Semua pegawai kerajaan juga mengatakan bahwa baju baru itu sangat indah, karena mereka juga tidak ingin dianggap bodoh.

   Seluruh rakyat telah mendengat bahwa raja akan mengenakan baju baru sang spesial hari itu. Saat sang raja muncul, semuanya terkejut. Akan tetapi mereka juga telah mendengar kabar bahwa baju baru yang spesial itu hanya dapat dilihat oleh orang yang pintar saja, dan karena mereka tidak ingin dianggap bodoh, mereka pun berseru-seru memuji sang raja.  

   Mendadak terdengar suara anak kecil berteriak, “tetapi, dia kan tidak pakai baju, sang raja telanjang!” Semua terdiam. Raja pun menyadari bahwa anak kecil itu berkata jujur, dan dengan terburu-buru ia berjalan kembali ke istana.

Asal Mula Guntur

   Dahulu kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Mekhala, si peri cantik dan pandai, berguru pada Shie, seorang pertapa sakti. Selain Mekhala, Guru Shie juga mempunyai murid laki-laki bernama Ramasaur. Murid laki-laki ini selalu iri pada Mekhala karena kalah pandai. Namun Guru Shie tetap menyayangi kedua muridnya. Dan tidak pernah membedakan mereka.
   Suatu hari Guru Shie memanggil mereka dan berkata, “Besok, berikan padaku secawan penuh air embun. Siapa yang lebih cepat mendapatkannya, beruntunglah dia. Embun itu akan kuubah menjadi permata, yang bisa mengabulkan permintaan apapun.” Mekhala dan Ramasaur tertegun. Terbayang oleh Ramasaur ia akan meminta harta dan kemewahan. Sehingga ia bisa menjadi orang terkaya di negerinya. Namun Mekhala malah berpikir keras. Mendapatkan secawan air embun tentu tidak mudah, gumam Mekhala di dalam hati.
   Esoknya pagi-pagi sekali kedua murid itu telah berada di hutan. Ramasaur dengan ceroboh mencabuti rumput dan tanaman kecil lainnya. Tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Air embun selalu tumpah sebelum dituang ke cawan. Sebaliknya, Mekhala dengan hati-hati menyerap embun dengan sehelai kain lunak. Perlahan diperasnya lalu dimasukan ke cawan. Hasilnya sangat menggembirakan. Tak lama kemudian cawannya telah penuh. Mekhala segera menemui Guru Shie dan memberikan hasil pekerjaannya.
   Guru Shie menerimanya dengan gembira. Mekhala memang murid yang cerdik. Seperti janjinya, Guru Shie mengubah embun itu menjadi sebuah permata sebesar ibu jari. ” Jika kau menginginkan sesuatu, angkatlah permata ini sejajar dengan keningmu. Lalu ucapkan keinginanmu,” ujar Guru Shie. Mekhala mengerjakan apa yang diajarkan gurunya, lalu menyebut keinginannya. Dalam sekejap Mekhala telah berada di langit biru. Melayang-layang seperti Rajawali. Indah sekali.
   Sementara itu, baru pada senja hari Ramasaur berhasil mendapat secawan embun. Hasilnya pun tidak sejernih yang didapat Mekhala. Tergopoh-gopoh Ramasaur menyerahkannya pada Guru Shie. “Meskipun kalah cepat dari Mekhala, kau akan tetap mendapat hadiah atas jerih payahmu,” kata Guru Shie sambil menyerahkan sebuah kapak sakti. Kapak itu terbuat dari perak. Digunakan untuk membela diri bila dalam bahaya. Bila kapak itu dilemparkan ke sasaran, gunung pun bisa hancur.
   Ternyata Ramasaur menyalahgunakan hadiah itu. Ia iri melihat Mekhala yang bisa melayang-layang di angkasa. Ramasaur segera melemparkan kapak itu ke arah Mekhala. Tahu ada bahaya mengancam, Mekhala menangkis kapak itu dengan permatanya. Akibatnya terjadilah benturan dahsyat dan cahaya yang sangat menyilaukan. Benturan itu terus terjadi hingga saat ini, berupa gelegar yang memekakkan telinga. Orang-orang menyebutnya “guntur”.
 

Puteri Tidur

   Dahulu kala, ada sepasang Raja dan Ratu yang berbahagia, karena setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya Ratu melahirkan seorang Puteri.

   Raja dan Ratu mengundang tujuh peri untuk datang dan memberkati Puteri yang baru saja lahir itu.

   Dalam acara megah yang diselenggarakan sebagai penghormatan kepada para peri itu, masing-masing peri memberikan berkat kepada sang Puteri.

   Peri pertama mengatakan “Kamu akan menjadi Puteri tercantik di dunia.”Peri kedua mengatakan “Kamu akan menjadi seorang Puteri yang periang.”Peri ketiga mengatakan “Kamu akan selalu mendapatkan banyak kasih sayang.”Peri keempat mengatakan “Kamu akan dapat menari dengan sangat anggun.”Peri kelima mengatakan “Kamu akan dapat bernyanyi dengan sangat merdu.”
Peri keenam mengatakan “Kamu akan sangat pintar memainkan alat musik.”

   Tiba2 datang peri tua ke tengah acara itu. Ia sangat marah karena tidak diundang. Semua orang memang sudah lama tidak pernah melihat peri tua itu, dan mengira bahwa ia sudah meninggal atau pergi dari kerajaan itu.

   Peri tua yang marah itu mendekati sang Puteri dan mengutuknya “Jarimu akan tertusuk jarum pintal dan kamu akan mati!” dan kemudian peri tua itu pun menghilang.

   Semua orang sangat terkejut. Ratu pun mulai menangis.

   Peri ketujuh mendekati sang Puteri dan memberikan berkatnya “Aku tidak bisa membatalkan kutukan, tapi aku dapat memberikan berkatku supaya Puteri tidak akan mati karena terkena jarum pintal, melainkan hanya tertidur pulas selama seratus tahun. Setelah seratus tahun, seorang Pangeran tampan akan datang untuk membangunkannya.”

   Raja dan Ratu merasa sedikit lega mendengarnya. Mereka lalu mengeluarkan peraturan baru bahwa di kerajaan itu tidak boleh ada alat pintal satu pun. Mereka menyita dan menghancurkan semua alat pintal yang ada di kerajaan itu demi selamatan sang Puteri. Pada suatu hari disaat Puteri berusia 18 tahun, Raja dan Ratu pergi sepanjang hari.

   Karena kesepian, sang Puteri berjalan-jalan menjelajahi istana dan sampai di sebuah loteng. Disana ia menjumpai seorang wanita tua yang sedang memintal benang menggunakan alat pintal.  Karena belum pernah melihat alat pintal, sang Puteri sangat tertarik dan ingin mencoba. 

   Wanita tua itu sebenarnya adalah peri tua jahat yang dulu mengutuknya. Saat sang Puteri mencoba alat pintal itu, ia pun dengan sengaja menusukkan jarum pintal ke tangan sang Puteri.  

   Sang Puteri jatuh tak sadarkan diri dan tertidur karena terkena kutukan. Peri tua jahat tertawa puas dan menghilang dalam kegelapan. 

   Saat Raja dan Ratu kembali, mereka dan seluruh pegawai kerajaan kebingungan mencari sang Puteri. Saat mereka menemukannya, Raja tersadar bahwa kutukan peri tua jahat telah menjadi kenyataan. Sang Puteri lalu dibawa ke kamarnya dan dibaringkan di tempat tidurnya. Raja lalu mengirimkan kabar mengenai peristiwa itu ke peri ketujuh yang baik hati. 

   Peri ketujuh yang baik hati lalu bergegas ke istana. Ia memutuskan untuk menidurkan semua orang di kerajaan itu supaya kelak saat kutukan sang Puteri berakhir mereka semua akan bangun bersama-sama.  

   Dalam waktu singkat pohon-pohon besar dan semak belukar yang lebat dan berduri tumbuh di seluruh wilayah kerajaan, sehingga sangat sulit bagi siapapun untuk menerobosnya. Bahkan puncak-puncak istana pun hanya dapat terlihat ujungnya saja. Karena menjadi sangat tertutup, sang Puteri dan seluruh kerajaan menjadi aman, walaupun mereka semua tertidur.  

   Setelah masa seratus tahun berakhir, seorang Pangeran tampan yang kebetulan sedang berburu di dekat wilayah kerajaan itu melihat pucuk-pucuk istana itu. Ia sudah banyak mendengar cerita tentang kerajaan itu, antara lain tentang istana yang dianggap berhantu, para penyihir, dan cerita-cerita lain yang sangat menyeramkan yang sebenarnya tidak benar.  

   Karena penasaran, saat kembali dari berburu sang Pangeran mencari orang tua yang paling bijaksana dan pintar di kerajaan untuk menanyakan tentang kerajaan tetangga yang penuh misteri itu. 

   Orang tua yang bijaksana itu lalu bercerita bahwa menurut leluhurnya, di dalam istana di kerajaan yang misterius itu terbaring seorang Puteri yang paling cantik di dunia, yang tertidur karena terkena kutukan dari peri tua jahat. Sang Puteri akan terus tidur hingga ada seorang Pangeran yang datang untuk membangunkannya.  

   Pangeran tampan yang pemberani itu lalu bergegas berangkat menuju kerajaan misterius itu. Ia berniat untuk menyelamatkan sang Puteri. Sang Pangeran berjuang menembus semak belukar dan pepohonan untuk dapat mencapai kedalam wilayah kerajaan yang misterius itu. 

   Sesampainya disana, ia melihat banyak sekali orang dan hewan peliharaan yang terbaring dimana-mana. Tetapi mereka tidak mati, sepertinya mereka hanya tertidur sangat nyenyak.  Pangeran lalu masuk ke dalam istana. Disana ia pun melihat seluruh pegawai kerajaan yang tertidur pulas. 

   Setelah berjalan-jalan menjelajahi istana itu, sang Pangeran berhasil menemukan sang Puteri di sebuah kamar. Sang Pangeran terpesona oleh kecantikan sang Puteri. Pangeran pun berlutut dan memegang tangan sang Puteri. Saat itulah kutukan berakhir dan sang Puteri membuka matanya. Ia menyambut sang Pangeran yang telah lama ia tunggu dengan bahagia.

   Dalam waktu yang bersamaan seluruh penghuni istana dan seluruh kerajaan terbangun. Semak belukar dan pepohonan menghilang. Semua orang kembali mengerjakan urusan mereka masing-masing. Raja dan Ratu juga terbangun dan segera menyambut sang Pangeran dari kerajaan tetangga itu.

   Tak lama kemudian, sang Puteri dan sang Pangeran tampan menikah. Mereka lalu hidup berbahagia selamanya.

Aladin dan Lampu Ajaib

   Aladin adalah seorang laki-laki yang berasal dari Negara Persia. Dia tinggal berdua dengan ibunya. Mereka hidup dalam kesederhanaan. Hingga pada suatu hari ada seorang laki-laki yang datang kerumah Aladin. Laki-laki itu berkata kalau dia adalah saudara laki-laki almarhum bapaknya yang sudah lama merantau ke Negara tetangga. Aladin dan ibunya sangat senang sekali, karena ternyata mereka masih memiliki saudara.
“Malang sekali nasibmu saudaraku”, kata laki-laki itu kepada aladin dan ibunya. “Yang penting kita masih bisa makan,paman”, jawab Aladin. Karena merasa prihatin dengan keadaan saudaranya tersebut, maka laki-laki itu bermaksud untuk mengajak Aladin ke luar kota. Dengan seijin ibunya,lalu Aladin mengikuti pamannya pergi ke luar kota.
   Perjalanan yang mereka tempuh sangat jauh sekali, dan pamannya tidak mengijinkan Aladin untuk beristirahat. Saat Aladin meminta pamannya untuk berhenti sejenak, pamannya langsung memarahinya. Hingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat di tengah hutan. Aladin lalu diperintahkan pamannya untuk mencari kayu bakar. “Nanti ya paman, Aladin mau istirahat dulu”, kata Aladin. Pamannya sangat marah setelah mendengar jawaban Aladin tersebut. “Berangkatlah sekarang, atau kusihir engkau menjadi katak”, teriak pamannya. Melihat pamannya sangat marah,lalu Aladin bergegas berangkat mencari kayu.
Setelah mendapatkan kayu, pamannya lalu membuat api dan mengucapkan mantera. Aladin sangat terkejut sekali, karena setelah pamannya membacakan mantera, tiba-tiba tanah menjadi retak dan membentuk lubang. Aladin mulai bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah dia benar pamanku? Atau dia hanya seorang penyihir yang ingin memanfaatkan aku saja?”
“Aladin, turunlah kamu kelubang itu. Ambilkan aku lampu antic di dasar gua itu”, suruh pamannya. “AKu takut paman”, kata Aladin. Pamannya lalu memberikan cincin kepada Aladin. “Pakailah ini, cincin ini akan melindungimu”, kata pamannya. Kemudian Aladin mulai turun kebawah.
   Setelah sampai di bawah, Aladin sangat takjub dengan apa yang dia lihat. Di dasar gua tersebut Aladin menemukan pohon yang berbuahkan permata dan banyak sekali perhiasan. “Cepat kau bawa lampu antiknya padaku, Aladin. Jangan perdulikan yang lain”, teriak pamannya dari atas. Aladin lalu mengambil lampu antik itu, dan mulaimemanjat ke atas. Tetapi setelah hamper sampai di atas, Aladin melihat pintu gua sudah tertutup dan hanya terbuka sedikit. Aladin mulai berpikir kalau pamannya akan menjebaknya. “Cepat Aladin, lemparkan saja lampunya”, teriak pamannya. “Tidak, aku tidak akan memberikanlampu ini, sebelum aku sampai di atas”,jawab Aladin.
   Setelah berdebat, paman Aladin menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang ditutup, dan pamannya meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. Kini dia tau kalau sebenarnya laki-laki tersebut bukanlah pamannya, dan dia hanya diperalat oleh laki-laki itu. Aladin lalubmencari segala cara supaya dapat keluar dari gua, tetapi usahanya selalu sia-sia. "Aku sangat lapar, dan ingin bertemu ibuku, ya Tuhan, tolonglah hambamu ini !", ucap Aladin.
Sambil berdoa, Aladin mengusap-usap lampu antik dan berpikir kenapa laki-laki penyihir itu ingin sekali memiliki lampu itu. Setelah digosok-gosok, tiba-tiba di sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah Jin penunggu lampu. Apa perintah tuan padaku?”, kata raksasa "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", kata Jin lampu. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya, panggillah saya dengan menggosok lampu itu".
   Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu Aladin. “Ini adalah lampu ajaib Bu!”, jawab Aladin. Karena ibunya tidak percaya, maka Aladin lalu menggosok lampu itu. Dan setelah Jin lampu keluar, Aladin meminta untuk disiapkan makanan yang enak-enak. Taklama kemudian ibunya terkejur,karena hidangan yang sangat lezat sudah tersedia di depan mata.
   Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku". Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta Jin lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian jin lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan.
   Tidak disangka, ternyata si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan jin lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
   Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut karena istananya hilang. Aladin lalu teringat dengan cincin pemberian laki-laki penyihir. Digosoknya cincin tersebut, dan keluarlah Jin cincin. Aladin bertanya kepada Jin cincin tentang apa yang sudah terjadi dengan istananya. Jin Cincin kemudian menceritakan semuanya kepada Aladin. "Kalau begitu tolong bawakan istana dan istriku kembali lagi kepadaku”, seru Aladin. "Maaf Tuan, kekuatan saya tidaklah sebesar Jin lampu," kata Jin cincin. "Kalau begitu, Tolong Antarkan aku ke tempat penyihir itu. Aku akan ambil sendiri", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. Putri lalu bilang kalau penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum Bir. Setelah mengetahui kalau penyihir itu tidur, maka Aladin menyelinap ke dalam kamar laki-laki penyihir tersebut.
   Setelah berhasil masuk dalam kamar, Aladin lalu mengambil lampu ajaibnya yang penyihir dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada Jin lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi Jin lampu langsung membanting penyihir itu dan melemparkan ke luar istana. "Terima kasih Jin lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke tempatnya semula". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.

Cinderela

   Di sebuah rumah, hiduplah seorang anak yang sangat cantik dan baik hati. Dia diberi nama Cinderela oleh kedua kakak tirinya. Kakak tiri Cindera itu sangat tidak suka dengan Cinderela. Tiap hari Cinderela selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dari kedua kakak dan ibu trinya. Dia selalu disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah dan selalu dibentak-bentak.
Hingga pada suatu hari, datanglah pegawai kerajaan ke rumah mereka. Pegawai kerajaan teresebut ternyata membawa undangan pesta dari sang raja. Kedua kakak dan ibu tiri Cinderala bersorak kegirangan. “Horeeee….. besok kita akan pergi ke Istana. Aku akan berdandan secantik mungkin, agar pangeran suka denganku”, teriak kedua kakak Cinderela. Mendengar teriakan kakak-kakaknya tersebut, lalu Cinderela meminta ijin pada ibu tirinya untuk ikut dalam pesta tersebut. Cinderela sangat sedih, karena ibu tiri dan kakak-kakak tirinya tidak mengijinkan dia ikut dalam acara itu. “Kamu mau pakai baju apa Cinderela? Apa kamu mau ke pesta dengan baju kumalmu itu?”, teriak kakaknya.
   Akhirnya waktu pelaksanaan pesta sudah tiba, semuanya sudah berdandan dengan cantik dan sudah siap berangkat. Cinderela hanya bias memandangi kakak dan ibu tirinya. Dia sangat sedih sekali,karena tidak dapat ikut dalam pesta itu. Dia hanya bisa menangis di dalam kamar dan membayangkan meriahnya pesta tersebut. “Andaikan aku bisa ikut dalam pesta itu, pasti aku akan senang sekali”, gumam Cindera. Tidak berapa lama setelah Cinderela berkata, tiba-tiba ada suara dari belakangnya. “Janganlah engkau menangis Cinderela”. Mendengar suara itu, lalu Cinderela berbalik. Ternyata dia melihat ada seorang peri yang sedang tersenyum padanya. “Kamu pasti bisa dating ke pesta itu Cinderela”, kata peri itu. “Bagaimana caranya? Aku tidak punya baju pesta dan saudara-saudaraku juga sudah berangkat.”, tanya Cinderela pada peri itu.
“Tenanglah Cinderela, bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal kepadaku", kata peri itu. Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Cinderela pun disulap menjadi Putri yang sangat cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah dan sepatu kaca.
"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam, jadi lamu harus pulang sebelum pukul dua belas”,kata peri itu. "Ya ibu peri. Terimakasih", jawab Cinderela. Setelah semuanya sudah siap, kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantik sekali putri itu! Putri dari negara mana ya ?" Tanya mereka.
   Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putrid yang cantik itu adalah Cinderela. Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran.
   Karena terlalu senag dan menikmati pesta itu, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana. Di tengah jalan, Cinderela terjatuh dan sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang penuh berpakaian tidak bagus lagi, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.
   Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira. "Iya akulah wanita yang dicari pangeran”,kata Cinderela. “Selamat Cinderela!” Mendengar kata itu, Cinderela lalu menoleh kebelakang, dan dilihatnya ibu peri sudah berada di belakangnya. "Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran di istana. Sim salabim!.," katanya peri tersebut.
   Begitu peri membaca mantaranya, Cinderela berubah menjadi putri yang memakai gaun yang sanagat indah. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang sampai kapan pun Cinderela" kata sang peri. Cinderela kemudian dibawa oleh pengawal istana untuk bertemu dengan sang pangeran. Sesampainya di istana, Pangeran sanat bahagia dan menyambut kedatangan Cinderela. "Maukah kau menikah denganku?" tanya Pangeran "Baiklah" jawab Cinderela. Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup bahagia selamanya

Pulau Hantu

   Tersebutlah dua orang jagoan yang selalu ingin menunjukkan dirinya lebih jago dari yang lain. Pada suatu hari, mereka bertemu di perairan sebelah selatan Singapura. 
Tanpa ba atau bu, mereka langsung saling menyerang. Mereka bertarung lama sekali hingga tubuh mereka bersimbah darah. Karena sama-sama kuat, tak ada tanda-tanda siapa yang akan kalah. 
   Jin Laut tidak suka dengan pertarungan itu karena darah mereka mengotori laut. Jin Laut lalu menjungkirbalikkan perahu mereka. Maksudnya agar mereka berhenti bertarung. Ternyata, mereka tetap bertarung. Dengan kesaktiannya masing-masing, mereka bertarung di atas air. 
“Hei, aku perintahkan kalian berhenti beratarung! Ini wilayah kekuasaanku. Kalau tidak…” 
Bukannya berhenti, kedua jagoan itu malah bertempur lebih seru. Dengan isyarat tangan, mereka bahkan seperti mengejek Jin Laut. 
   Jin Laut marah. Dia menyemburkan air ke wajah kedua jagoan itu sehingga pandangan mereka terhalang. Karena tak dapat melihat dengan jelas, kedua jagoan itu bertempur secara membabi-buta. Mereka mengayunkan pedang ke sana-kemari sekehendak hati sampai akhirnya bersarang di tubuh lawan masing-masing. Kedua jagoan itu pun menemui ajalnya. 
   Para dewa di kayangan murka karena Jin Laut turut campur urusan manusia. Mereka memperingatkan Jin Laut untuk tidak lagi ikut campur urusan manusia. Jin Laut mengaku salah dan mencoba menebus dosa dengan membuatkan tempat khusus agar roh kedua jagoan itu dapat bersemayam dengan tenang. Jin Laut menyulap sampan yang ditumpangi kedua jagoan itu menjadi pulau tempat bersemayam roh mereka. Orang-orang kemudian menyebut pulau itu sebagai Pulau Hantu. 

Bukit Merah

   Dulu, Singapura pernah direpotkan oleh ikan todak. Ikan bermoncong panjang dan tajam itu suka menyerang penduduk. Tak terhitung berapa banyak penduduk yang luka-luka dan mati akibat serangan ikan ganas itu.

   Raja kemudian memerintahkan penglima perangnya untuk menaklukkan ikan-ikan jahat itu. Maka, dipersiapkanlah sepasukan prajurit untuk membunuh ikan itu. Akan tetapi, hampir semua prajurit itu mati di moncong Todak. Raja bingung bagaimana menundukkan ikan itu.

   Di tengah kebingungannya, Raja didatangi seorang anak kecil.

“Mohon ampun, Paduka yang Mulia, bolehkah hamba mengatakan sesuatu tentang ikan-ikan itu?”

“Katakanlah!”

“Ikan-ikan itu hanya bisa ditaklukkan dengan pagar pohon pisang.”

“Apa maksudmu?”

  Yang dimaksud anak kecil itu adalah pagar yang terbuat dari batang pohon pisang. Pohon-pohon itu ditebang, dijajarkan, kemudian direkatkan dengan cara ditusuk dengan bambo antara yang satu dan lainnya hingga menyerupai pagar. Pagar itu kemudian ditaruh di pinggir pantai, tempat ikan-ikan itu biasa menyerang penduduk.

   Raja kemudian memerintahkan Panglima untuk membuat apa yang dilkatakan anak kecil itu. Diam-diam Panglima mengakui kepintaran si anak. Diam-diam pula dia membenci anak kecil itu. Gagasan si anak membuat Panglima merasa bodoh di hadapan Raja.

“Seharusnya akulah yang mempunyai gagasan itu. Bukankah aku panglima perang tertinggi? Masak aku kalah oleh anaka kecil,” katanya dalam hati.

   Keesokan harinya, selesailah pagar pohon pisang itu. Pagar itu lalu ditaruh di tepi pantai sebagaimana yang dikatakana si anak kecil.

   Ternyata benar. Ikan-ikan yang menyerang pagar pohon pisang itu tak bisa menarik kembali moncongnya. Mereka mengelepar-gelepar sekuat tenaga, tetapi sia-sia. Moncong mereka yang panjang dan tajam itu menancap kuat dan dalam pada batang pohon pisang yang lunak itu. Akhirnya, dengan mudah penduduk dapat membunuh ikan-ikan jahat itu.

   Si anak pun diberi hadiah oleh Raja.
“Terima kasih. Kau sungguh-sungguh anak yang pintar,” puji Raja.

   Orang-orang bersuka cita.

   Akan tetapi, panglima perang yang iri dan kesal karena merasa tampak bodoh di hadapan Raja itu menghasut Raja.

“Baginda, anak kecil yang cerdas itu tampaknya bisa menjadi ancaman jika dia besar nanti.”

“Maksudmu?”

“Siapa tahu, setelah besar nanti, dengan kepintarannya dia berhasrat merebut tahta Paduka.”

   Raja terhasut. Ia lalu memerintahkan Sang Panglima untuk menyingkirkan anak itu.

   Sang Panglima mendatangi rumah anak kecil itu dan dengan licik membunuh anak tak berdosa itu. Anehnya, darah si anak mengalir deras dan membasahi seluruh tanah bukit tempat anak itu tinggal. Seluruh bukit menjadi merah. Orang-orang lalu menyebut tempat itu Bukit Merah.