Konon, dipedalaman hutan yang lebat di Kalimantan, hiduplah seekor burung beo. Dia tinggal bersama burung yang lain. Dihutan itu burung beo menjadi sosok yang sangat ditakuti diantara burung lainnya. Pada suatu hari, burung beo bertemu dengan burung elang disebuah batu ditengah danau yang sejuk. "Hai makhluk asing! Apa yang membuat engkau berani hinggap dibatu yang sedang aku tempati?" seru burung beo dengan sombongnya. "Batu ini masih cukup luas untuk burung yang lain! Kenapa engkau menguasainya seorang diri?" jawab burung elang dengan sopan. "Oh rupanya kau burung yang tersesat! Kuberi tahu sesuatu, elang! Dihutan ini, akulah yang memiliki kemampuan dan keindahan tanpa tanding. Jadi, aku takkan sudi hinggap bersama burung yang berwarna jelek dan bersuara payah sepertimu!" burung beo menunjukan kesombongannya. "Benarkah? Apakah kau sehebat dan setangguh itu?" tanya burung elang dengan penasaran. "Tentu saja! Bahkan kau pun takkan mampu menandingi kehebatanku!". "Baiklah jika kau memang jagoan! Bagaimana kalau kita bertanding? Biar para penghuni hutan jadi jurinya" tantang burung elang kepada burung beo. "Baik aku setuju! Yang kalah harus mengakui kehebatan yang menang!" ujar burung beo kepada merpati.
Keesokan harinya, perlombaan pun dimulai.Seluruh penghuni hutan menyaksikan perlombaan itu. Burung beo dengan kesombongan dan keangkuhannya telah menerima tantangan burung elang untuk adu ketangkasan dan adu kecepatan dalam hal terbang. Burung beo yang sombong itu tidak mengetahui bahwa lawannya kali ini adalah burung tercepat yang mampu melesat dan berhenti dengan seketika.
Rute lomba telah disepakati. Kedua burung itu akan menyusuri hutan dan kemudian mengambil sebuah biji semangka yang telah diletakkan disebuah menara diluar hutan, ditengah pemukiman penduduk. "Kita akan sama- sama melihat kekalahan seekor burung dari daratan yang jauh ini!" ujar burung beo kepada warga hutan
Perlombaan dimulai. Burung beo melesat dengan cepat. Namun kecepatannya masih lambat dibandingkan dengan burung elang yang tiba- tiba telah jauh melesat didepannya. Dengan seluruh kekuatannya, burung beo berhasil menyusul burung elang. Hal itu tidak berlangsung lama. Burung beo segera kehilangan tenaganya dan kembali tertinggal. Sementara itu burung elang membawa cadangan makanan yang memberinya tenaga bannyak. Burung elang berhasil sampai dimenara lebih dulu dan mengambil biji semangka itu. Burung beo menyusul kemudian dengan susah payah dan tampak kelelahan kehabisan tenaga. "Kesombongan tak terbukti pada lomba kali ini!" ujar burung elang. "Aku akan mengalahkanmu dalam perjalanan kembali kehutan!" umpat burung beo kepada elang. Burung elang hendak terbang menuju hutan, tetapi tiba- tiba dari arah bawah tampak penduduk desa beramai- ramai telah membawa jala dan jerat untuk menangkap si burung beo. Burung elang berteriak kepada burung beo untuk segera pergi. Saat itulah biji semangka yang dibawa elang jatuh ketanah. Burung beo tidak menyia- nyiakan kesempatan ini. Ia terus terbang dan terbeng tiba- tiba..... "Kena!" teriak seorang penduduk yang berhasil menangkap burung beo dengan jala. "Lihat! Pasti burung beo ini bagus ditempatkan disangkar dekat rumahku!" ujar penduduk yang berhasil menangkap burung beo.
Burung elang hanya bisa menatap peristiwa tragis itu. Burung beo dengan bulu dan suaranya yang selalu ia sombongkan kini tinggal didalam sangkar rumah penduduk. Dia tidak lagi dapat meyombongkan dirinya dengan warna dan suaranya yang indah. Begitulah akhir dari kesombongan dan keserakahan si burung beo.
Selasa, 27 Maret 2012
Senin, 26 Maret 2012
Semut dan Belalang
Pada suatu hari, ada koloni semut yang sedang bekerja memcari makanan. Saat mereka sedang giat mencari makan, ada seekor belalang yang terlihat kelelahan datang kepada semut. Belalang itu berkata :"Wahai semut yang baik hati, bisakah engkau menolongku?"."Apakah yang bisa aku bantu?" tanya semut. "Jika boleh, apakah aku diizinkan tinggal sedikit lama disini?" jawab belalang. Semut berkata "Bloleh- boleh saja teman, ayo kutunjukkan tempat tinggal untukmu".
Belalang sudah beberapa bulan tinggal ditempat semut dengan hanya makan, tidur dan memerinta. Lalu suatu hari semut berkata dengan sopan kepada belalang, "Teman! Apakah engkau sudah mememukan tempat tinggal untukmu?" lalu belalang berkata "Belum, mungkin beberapa hari lagi aku akan mencari" jawab belalang. Setelah beberapa hari kemudian, semut berkata lagi "Wahai belalang, apakah engkau sudah menemukan rumah untuk dirimu?" lalu belalang menjawab "Belum, nanti aku akan mencarinya!". Setelah beberapa minggu kemudian, semut berkata dengan agak marah, "Belalang! Kenapa setiap hari engkau hanya makan, minum, tidur dan memerintah saja! Saat itu kau bilang akan mencari tempat tinggal! Bukan kami tidak mau menerimamu tapi kami sudah lelah karena kelakuanmu! Jika kau sudah menemukan rumah, cepat pergi!". Lalu belalang menjawab, "Baiklah!". Lalu belalang pergi dengan hati yang gusar. Ia terus berkeliling dan mencari rumah yang cocok untuknya. Karena ia sudah terlalu lama tidak makan dan minum akhirnya ia mati. Tetapi ada seekor semut yang menemukannya sebelum ia mati dan belalang berkata "Tolong bawa aku kepada ketuamu" lalu semut itu membawanya kepada tuan mereka ternyata tuan itu adalah semut yang ia kenal dan belalang berkta kepada semut tersebut "Maafkan aku atas perbuatan yang telah kulakukan padamu! Tapi bolehkan belum mati aku meminta bantuanmu?" setelah melihat keadaan belalang, semut berkata "Apa itu?" dan belalang bicara "Aku minta dikuburkan dengan baik". Lalu semut memakamkannya sesuai dengan permintaan belalang, ia selau merewat dan membersihkan makan belalang yang telah berbuat jahat kepadanya.
Belalang sudah beberapa bulan tinggal ditempat semut dengan hanya makan, tidur dan memerinta. Lalu suatu hari semut berkata dengan sopan kepada belalang, "Teman! Apakah engkau sudah mememukan tempat tinggal untukmu?" lalu belalang berkata "Belum, mungkin beberapa hari lagi aku akan mencari" jawab belalang. Setelah beberapa hari kemudian, semut berkata lagi "Wahai belalang, apakah engkau sudah menemukan rumah untuk dirimu?" lalu belalang menjawab "Belum, nanti aku akan mencarinya!". Setelah beberapa minggu kemudian, semut berkata dengan agak marah, "Belalang! Kenapa setiap hari engkau hanya makan, minum, tidur dan memerintah saja! Saat itu kau bilang akan mencari tempat tinggal! Bukan kami tidak mau menerimamu tapi kami sudah lelah karena kelakuanmu! Jika kau sudah menemukan rumah, cepat pergi!". Lalu belalang menjawab, "Baiklah!". Lalu belalang pergi dengan hati yang gusar. Ia terus berkeliling dan mencari rumah yang cocok untuknya. Karena ia sudah terlalu lama tidak makan dan minum akhirnya ia mati. Tetapi ada seekor semut yang menemukannya sebelum ia mati dan belalang berkata "Tolong bawa aku kepada ketuamu" lalu semut itu membawanya kepada tuan mereka ternyata tuan itu adalah semut yang ia kenal dan belalang berkta kepada semut tersebut "Maafkan aku atas perbuatan yang telah kulakukan padamu! Tapi bolehkan belum mati aku meminta bantuanmu?" setelah melihat keadaan belalang, semut berkata "Apa itu?" dan belalang bicara "Aku minta dikuburkan dengan baik". Lalu semut memakamkannya sesuai dengan permintaan belalang, ia selau merewat dan membersihkan makan belalang yang telah berbuat jahat kepadanya.
Jumat, 23 Maret 2012
Pertengkaran
WIKIPEDIA : Aku tau semuanya.
FACEBOOK : Aku kenal dengan semua orang.
GOOGLE : Aku punya semuanya.
MOZILA : Tanpa aku kalian tidak bisa di akses.
EXPLORER : Kan gue masih ada.
MOZILA : Apaan sih lo, ganggu acara orang aja!
EXPLORER : Lo sih, ngaku-ngaku cuma ada lo sendiri!
INTERNET : Udah-udah! Jangan banyak bacot lo semua, kalo gak ada gue kalian semua gak bakalan ada!
FACEBOOK : Huuu, yang paling sering dikunjungi kan gue, jadi gue yang terbaik.
YAHOO : Facebook, Inget, tanpa gue lo gak bisa buat Email!
GOOGLE : Yahoo, Gue juga bisa buat Email.
INTERNET : zzz... Udah tau gue yg paling hebat :p
KOMPUTER : Gua Paling dewa di sini.
PLN : Bacot lo semua! Gua matiin nih listriknya!
GENSET : tenang aja kan masih ada saya
PLN : diem lu
PERTAMINA : awas kalian semua, saya stop pasokan BBM baru tau rasa lo
SOLAR CELL : tenang kan selama masih ada saya semuanya aman
Matahari : Ettt Gk gw sinarin diem lo
Air, Batubara, Petir : MASIH ADA GUA !!!
Bumi : Lo klo gk ada gw pasti gk bakal ada
Jagat raya: lo semua kalo gak ada gwe pasti kalian gak bakalan ada....
Tuhan: tanpa saya kalian semua tidak pernah ada
Kamis, 22 Maret 2012
Emas dan Batu
Berkat kerja keras dan selalu menabung, petani itu akhirnya
kaya raya. Karena tak ingin tetangganya tahu mengenai kekayaannya, seluruh
tabungannya dibelikan emas dan dikuburnya emas itu di sebuah lubang di belakang
rumahnya. Seminggu sekali digalinya lubang itu, dikeluarkan emasnya, dan
diciuminya dengan penuh kebanggaan. Setelah puas, ia kembali mengubur emasnya.
Pada suatu
hari, seorang penjahat melihat perbuatan petani itu. Malam harinya, penjahat
itu mencuri seluruh emas si petani.
Esok harinya
petani itu menangis meraung-raung sehingga seluruh tetangga mengetahui apa yang
terjadi. Tak seorang tetangga pun tahu siapa yang mencuri emasnya. Jangankan
soal pencurian, tentang lubang berisi emas itu saja mereka baru tahu hari itu.
Kalau tidak ada pencurian, tak ada yang tahu bahwa petani itu memiliki emas
yang dikubur di belakang rumahnya. Sebagian orang ikut bersedih atas pencurian
itu, sebagian yang lain mengejek dan menganggap petani itu bodoh.
“Salah sendiri
menyimpan emas di rumah. Mengapa tidak dijual saja dan uangnya dipakai untuk
membangun rumah. Biar rumahnya lebih bagus, tidak reot seperti sekarang. Itulah
ganjaran orang kikir. Kalau dimintai sumbangan, selalu saja jawabannya tidak
punya. Sekarang, rasakan sendiri!”
Tetapi tak
seorang pun yang berani terus terang mengejek atau mengumpat petani yang
ditimpa kemalangan itu. Semua ejekan dan umpatan hanya diucapkan di antara
sesama mereka saja, tidak di hadapan si petani. Hanya seorang lelaki tua miskin
yang berani bersikap jujur kepada petani itu. Lelaki tua itu tinggal tak jauh
dari rumah si petani.
“Sudahlah,
begini saja. Di lubang bekas emas itu kuburkanlah sebongkah batu atau apa saja
dan berlakulah seperti sebelum kau kecurian.”. Mendengar
itu, si petani itu marah.
“Apa
maksudmu? Kau mengejekku, ya? Yang hilang itu emas, bukan batu. Kau sungguh
tetangga yang jahat. Kau memang orang miskin yang cuma bisa mengubur batu. Aku
bisa mengubur emas atau apa saja semauku. Kini aku kehilangan emas dan kau enak
saja menyuruhku mengubur batu. Kau pikir batu sama dengan emas?!”
Suasana pun
gaduh. Orang-orang melerai.Dengan
tenang lelaki tua itu menjawab: “Apa bedanya
emas dan batu? Kalau kau bisa mengubur emas, seharusnya kau juga bisa mengubur
batu. Tahukah kau, dengan mengubur emas berarti kau telah menjadikan logam
mulia itu sebagai barang yang tidak berharga. Lalu, apa salahnya kau mengubur
batu dan berkhayal yang kau kubur itu adalah emas.”
Kucing yang Terlupakan
Di sebuah perumahan, hiduplah seekor
kucing berwarna hitam. Nama kucing itu Molly. Ia tinggal di rumah keluarga
Jones. Molly selalu memburu dan memakan tikus-tikus yang suka mencuri makanan
di dapur keluarga Jones.
Molly memang seekor kucing yang lucu dan menggemaskan.
Matanya berwarna hijau dan kumisnya panjang berwarna putih. Ia suka mendengkur
dan sangat senang bila tubuhnya dibelai.
Namun, tidak seorang pun di keluarga Jones suka membelai
Molly. Kedua anak di keluarga Jones kurang menyukai binatang, sedang nyonya
Jones sering membentak Molly jika ia mengeong waktu nyonya Jones sedang memasak
ikan.
Di samping rumah keluarga Jones, hiduplah seorang anak
bernama Billy. Billy adalah anak yang baik dan sangat menyayangi binatang.
Karena itu ia juga sangat menyayangi Molly. Setiap sore Molly melompat dari
pagar keluarga Jones untuk mencari Billy dan minta dibelai. “Alangkah senangnya aku jika Molly ini
kucingku,” kata Billy kepada ibunya. “Aku ingin memelihara kucing juga, bu!”
Tetapi ibu Billy tidak ingin memelihara binatang di rumahnya, walaupun
sebenarnya ia juga suka kepada Molly.
Pada suatu hari kuarga Jones pergi ke luar kota. Saat hendak
berangkat, anak-anak keluarga Jones berpamitan kepada Billy. Rupanya mereka
hendak pergi berlibur selama sebulan.
Setelah memasukkan semua barang ke dalam taksi, keluarga
Jones berangkat. “Molly pasti diajak juga,” pikir Billy. Namun ia keliru. Ia
sangat terkejut saat melihat Molly masih ada di halaman rumah keluarga Jones.
Billy lalu menceritakan hal itu kepada ibunya. “Pasti ada orang yang diberi
tugas untuk merawat dan memberi makan Molly setiap hari,” kata ibu Billy.
Molly bertanya-tanya ke mana tuannya pergi. Setelah lama
menunggu ia menggaruk-garuk pintu dapur dengan cakarnya berharap dibukakan
pintu. Tetapi tampaknya tidak ada orang di dalam rumah. Molly lalu memeriksa
kalau-kalau ada jendela yang terbuka sehingga ia bisa masuk, tapi ternyata
semua jendela terkunci rapat.
Molly merasa kesepian. Tetapi ia berharap tuannya akan
pulang nanti sore.Tetapi setelah lama menunggu tuannya tidak juga pulang.
Molly mulai merasa kelaparan. Ia juga kedinginan karena harus tidur di luar.
Walaupun bersembunyi di dalam semak-semak, ia tetap basah karena kehujanan.
Molly mulai sakit. Dua hari telah berlalu. Karena kelaparan Molly memakan
tulang kering yang ditemukannya dan juga daun-daun kering yang ada disekitar
rumah. Penyakitnya juga semakin parah. Ia bersin-bersin dan lemas.
Pada hari keempat Molly sudah menjadi sangat kurus. Ia
bahkan hampir tidak bisa berjalan karena sangat lemah. Ia lalu teringat kepada
Billy, anak yang tinggal di rumah sebelah. Siapa tahu Billy bisa memberinya
makanan.
Ia lalu berjalan pelan menuju rumah Billy. Saat melihat
Molly, Billy hampir tidak mengenalinya lagi. “Astaga!, kaukah itu Molly?” seru
Billy terkejut. Ia berlutut dan membelai Molly. “Oh kasihan, kau sangat kurus,
pasti kau kelaparan. Apakah tidak ada orang yang diberi tugas untuk memberimu
makan?”
Billy segera mengambilkan ikan dan susu untuk Molly. “Oh
kasihan,” kata ibu Billy. Untuk sementara biar saja ia tidur di dapur kita.”
Molly sangat senang. Setelah makan dengan lahap, ia lalu
tidur dengan nyenyak di dapur ibu Billy. Billy bahkan memberinya tempat tidur
dari kotak kayu. Billy juga membersihkan badannya yang kotor karena beberapa
hari tidur di semak-semak.
Malamnya, Molly benar-benar terkejut. Ternyata dapur ibu
Billy banyak sekali tikusnya. Maka ia pun menangkap tikus-tikus itu, karena ia ingin
membalas kebaikan Billy dan ibunya.Keesokan harinya ibu Billy terkejut karena melihat banyak
sekali tikus yang telah ditangkap oleh Molly. Ibu Billy sangat senang. Molly
pun menjadi semakin disayang di keluarga itu.
Sebulan kemudian, keluarga Jones pulang dari berlibur.
Dengan berat hari Billy mengantar Molly pulang ke rumah keluarga Jones. Tapi,
setiap diantar pulang, Molly selalu melarikan diri dan kembali ke rumah Billy.
Molly tahu bahwa Billy dan ibunya sangat menyayanginya, tidak seperti keluarga
Jones yang tega menelantarkannya. Karena keluarga Jones tidak terlalu memperdulikan Molly
akhirnya mereka pun memberikan kucing itu kepada Billy.
Akhirnya Molly pun tinggal bersama Billy dan ibunya. Ia
sangat bahagia karena selalu disayang dan dibelai. Ibu Billy pun senang karena
dapurnya menjadi bebas dari gangguan tikus.
Anjing yang Rakus
Dahulu ada seekor anjing
mencuri sepotong tulang yang besar
di pasar. Ia berlari kencang sekali sehingga tidak terkejar si tukang daging.
Ia berlari ke ladang sambil membawa tulang di mulutnya. Ia ingin makan
semuanya sendirian.
Anjing itu melewati sebuah sungai kecil. Ada sebuah jembatan
sempit di atasnya. Ia berjalan di jembatan itu sambil melihat ke air. Ia
melihat bayangannya sendiri di dalam air. Ia berpikir ada anjing lain dengan
tulang di mulutnya. Anjing yang rakus itu berpikir tulang yang di mulut anjing
itu lebih besar dari pada yang ia bawa.
Ia meloncat ke air untuk merebut tulang yang lebih besar
dari anjing yang ia lihat tadi. Ia meloncat dengan sangat kuat sehingga tulang
di mulutnya terlepas. Ia mencari di mana-mana tetapi tidak menemukan anjing
yang lain. Bayangan tadi telah hilang.
Anjing yang bodoh itu pulang kelaparan dan kedinginan. Ia
kehilangan tulang yang ia curi dari tukang daging dan tidak mendapatkan apa pun
karena ia terlalu rakus.
Selasa, 20 Maret 2012
Tangisan Tengah Malam
Pada malam hari di dekat pohon beringin yang besar, terlihat ada tiga orang pria yang berwajah menyeramkan sedang mengancam gadis yang tak berdaya. Pria- pria itu terlihat terus memukuli gadis itu.
Pria berwajah menyeramkan:"Cepat katakan dimana benda itu! Jika kau tidak meu memberi tau kau akan du bunuh!".
Gadis tak berdaya:"Sumpah! Aku tidak tau! Tolong ampuni aku....".
Gadis itu tidak bisa berbuat apa- apa. Pria- pria itu terus memukuli gadis itu, ia hanya bisa menahan sakit. Setelah terlalu banyak pukulan- pukulan besi yang dihantamkan kepada gadis itu, ia pun meninggal dunia. Setelah korbannya terbunuh, pria- pria itu pun pergi dan mengubur mayat gadis itu didekat pohon tersebut.
Beberapa tahun kemudian, tempat itu sedah menjadi kawasan perumahan yang cukup bagus untuk orang- orang kaya. Tetapi pohon itu tidak ditebang karena sudah terlalu besar. Disana sekarang ada orang baru yang membeli rumah dikawasan itu bernama Suwarno yang memiliki putri bernama Diana. Diana adalah anak yang selalu ceria. Tetapi belakangan ini sejak mereka pindah kerumah itu, Diana sering mimpi buruk dan juga wajahnya yang ceria berubah menjadi wajah yang muram. Setiap malam, Diana selau bermimpi buruk. Suatu hari, saat Diana hendak pergi tidut, tiba- tibaia membuka pintu rumah dan berlari ke arah pohon besar itu sambil berkata "Tolong ampuni aku! Tolong ampuni nyawaku! Jangan bunuh aku!". Diana terus saja mengatakan itu. Keesokan harinya, ayahnya Suwarno memanggil orang pintar untuk menyembuhkan Diana. Orang pintar itu lalu mengambil segelas air yang telah ia doa- doakan lalu disemburnya air itu ke wajah Diana. Tiba- tiba dari kepala Diana keluar asap berwarna putih yang menjelma menjadi Seorang wanita berbaju putih dan berambut panjang. Ia berkata "Tolong kuburkan jenazahku dengan layak. Tubuhku ada didekat pohon besar itu" ujar hantu tersebut. Setelah menyampaikan pesan, asap putih hilang begitu saja. Dan tiba- tiba Diana kembali seperti semula. Dan warga- warga menguburkan jenazah gadis itu dengan layak.
Pria berwajah menyeramkan:"Cepat katakan dimana benda itu! Jika kau tidak meu memberi tau kau akan du bunuh!".
Gadis tak berdaya:"Sumpah! Aku tidak tau! Tolong ampuni aku....".
Gadis itu tidak bisa berbuat apa- apa. Pria- pria itu terus memukuli gadis itu, ia hanya bisa menahan sakit. Setelah terlalu banyak pukulan- pukulan besi yang dihantamkan kepada gadis itu, ia pun meninggal dunia. Setelah korbannya terbunuh, pria- pria itu pun pergi dan mengubur mayat gadis itu didekat pohon tersebut.
Beberapa tahun kemudian, tempat itu sedah menjadi kawasan perumahan yang cukup bagus untuk orang- orang kaya. Tetapi pohon itu tidak ditebang karena sudah terlalu besar. Disana sekarang ada orang baru yang membeli rumah dikawasan itu bernama Suwarno yang memiliki putri bernama Diana. Diana adalah anak yang selalu ceria. Tetapi belakangan ini sejak mereka pindah kerumah itu, Diana sering mimpi buruk dan juga wajahnya yang ceria berubah menjadi wajah yang muram. Setiap malam, Diana selau bermimpi buruk. Suatu hari, saat Diana hendak pergi tidut, tiba- tibaia membuka pintu rumah dan berlari ke arah pohon besar itu sambil berkata "Tolong ampuni aku! Tolong ampuni nyawaku! Jangan bunuh aku!". Diana terus saja mengatakan itu. Keesokan harinya, ayahnya Suwarno memanggil orang pintar untuk menyembuhkan Diana. Orang pintar itu lalu mengambil segelas air yang telah ia doa- doakan lalu disemburnya air itu ke wajah Diana. Tiba- tiba dari kepala Diana keluar asap berwarna putih yang menjelma menjadi Seorang wanita berbaju putih dan berambut panjang. Ia berkata "Tolong kuburkan jenazahku dengan layak. Tubuhku ada didekat pohon besar itu" ujar hantu tersebut. Setelah menyampaikan pesan, asap putih hilang begitu saja. Dan tiba- tiba Diana kembali seperti semula. Dan warga- warga menguburkan jenazah gadis itu dengan layak.
Senin, 19 Maret 2012
Ayam Homo
Pada suatu hari, ayam muda sedang berebut betina dengan ayam tua.
Ayam tua:"Disini kan ada 20 ayam betina, untukku 15 untukku dan 5 kuberikan untukmu".
Ayam muda:"Ah! Tidak mau! aku mau semuanya!".
Ayam tua:"Baiklah kalau begitu!Bagaimana kalau kita lomba lari dengan jarak 100 meter dan yang menang dapatkan 20 ayam betina, bagaimana?"
Ayam muda:"Baiklah!"
Ayam tua:"Karena aku sudah tua, bagaimana kalau aku lari 20 meter labih dulu?"
Ayam muda:"Baik!"
Lalu ayam tua lari 20 meter lebih dahulu dan baru yam muda lari menyusul ayam tua dan tiba- tiba terdengar suara "Duarrrrrrrrrrrr" dan ternyata kepala ayam muda meletus karena ditembak oleh pemilik ayam.
Pemilik ayam:"Gila!Sudah 20 ayam yang kutembak! Masih ada 20 betina kenapa mengejar jantan! Dasar ayam homo!"
Ayam tua:"Disini kan ada 20 ayam betina, untukku 15 untukku dan 5 kuberikan untukmu".
Ayam muda:"Ah! Tidak mau! aku mau semuanya!".
Ayam tua:"Baiklah kalau begitu!Bagaimana kalau kita lomba lari dengan jarak 100 meter dan yang menang dapatkan 20 ayam betina, bagaimana?"
Ayam muda:"Baiklah!"
Ayam tua:"Karena aku sudah tua, bagaimana kalau aku lari 20 meter labih dulu?"
Ayam muda:"Baik!"
Lalu ayam tua lari 20 meter lebih dahulu dan baru yam muda lari menyusul ayam tua dan tiba- tiba terdengar suara "Duarrrrrrrrrrrr" dan ternyata kepala ayam muda meletus karena ditembak oleh pemilik ayam.
Pemilik ayam:"Gila!Sudah 20 ayam yang kutembak! Masih ada 20 betina kenapa mengejar jantan! Dasar ayam homo!"
Raja yang Bodoh
Dahulu
kala, ada seorang raja yang pesolek dan sangat suka mengenakan
baju-baju baru. Dia banyak menghabiskan waktu hanya untuk memandangi
dirinya sendiri di cermin, dan selalu ingin mengenakan baju-baju baru di
pagi, siang dan malam hari!!
Pada suatu hari, datanglah dua orang penipu yang menyamar sebagai pembuat baju yang hebat. Mereka mengaku bahwa mereka pandai menenun dan membuat baju dengan kualitas yang sangat bagus, sampai-sampai kain yang mereka pakai untuk membuat baju tidak akan terlihat, kecuali oleh orang-orang pintar.
Ketika raja mendengar hal itu, dia sangat tertarik. “Itu bagus, aku bisa tahu siapa saja yang bodoh dan siapa saja yang pintar di kerajaan ini.” Pikirnya. Raja segera memerintah kedua orang itu untuk membuatkan baju baru untuk dirinya, menggunakan bahan kain istimewa itu. Mereka diberi sebuah ruangan khusus di istana, beserta benang-benang emas yang mereka minta. Kedua penipu itu menyembunyikan benang-benang emas yang mereka terima, kemudian berpura-pura sedang bekerja keras untuk membuat sebuah baju.
Beberapa hari kemudian, raja yang tidak sabar mengutus menteri nya untuk menengok baju istimewa yang sedang dibuat itu. Ketika menteri mengunjungi para penipu yang menyamar itu, ia pun kebingungan. “Aku tidak melihat apa pun disini” pikirnya. Akan tetapi menteri itu tidak mau mengakuinya karena tidak ingin dianggap bodoh. Maka ia pun memuji kedua penipu itu dan mengatakan bahwa baju yang mereka buat sangat indah. Setelah menteri keluar dari ruangan itu, kedua penipu tertawa terbahak-bahak.
Tak lama kemudian sang raja datang untuk melihat sendiri. Dia berusaha melihat keseluruh ruangan, tapi ia tidak melihat apa pun. Namun, karena tidak ingin dianggap bodoh, raja pun berpura-pura bisa melihat baju yang istimewa itu dan berkata, “Baju yang sangat indah, aku tidak sabar ingin segera memakainya”
Keesokan harinya adalah hari dimana sang raja akan mengenakan baju barunya pada acara pawai keliling kota. Kedua penipu yang menyamar telah berpamitan dan pergi dengan alasan akan membuatkan baju untuk raja dari kerajaan-kerajaan lain. Tentu saja, mereka tidak lupa membawa benang-benang emas yang telah mereka sembunyikan, beserta uang emas upah membuat baju.
Saat raja memakai baju barunya, ia tetap saja tidak bisa melihat baju itu, dan ia merasa kedinginan. Tapi karena tidak ingin dibilang bodoh, raja pun berputar-putar di depan cermin dan mengagumi baju barunya, walaupun ia tidak melihat apa-apa. Semua pegawai kerajaan juga mengatakan bahwa baju baru itu sangat indah, karena mereka juga tidak ingin dianggap bodoh.
Seluruh rakyat telah mendengat bahwa raja akan mengenakan baju baru sang spesial hari itu. Saat sang raja muncul, semuanya terkejut. Akan tetapi mereka juga telah mendengar kabar bahwa baju baru yang spesial itu hanya dapat dilihat oleh orang yang pintar saja, dan karena mereka tidak ingin dianggap bodoh, mereka pun berseru-seru memuji sang raja.
Mendadak terdengar suara anak kecil berteriak, “tetapi, dia kan tidak pakai baju, sang raja telanjang!” Semua terdiam. Raja pun menyadari bahwa anak kecil itu berkata jujur, dan dengan terburu-buru ia berjalan kembali ke istana.
Pada suatu hari, datanglah dua orang penipu yang menyamar sebagai pembuat baju yang hebat. Mereka mengaku bahwa mereka pandai menenun dan membuat baju dengan kualitas yang sangat bagus, sampai-sampai kain yang mereka pakai untuk membuat baju tidak akan terlihat, kecuali oleh orang-orang pintar.
Ketika raja mendengar hal itu, dia sangat tertarik. “Itu bagus, aku bisa tahu siapa saja yang bodoh dan siapa saja yang pintar di kerajaan ini.” Pikirnya. Raja segera memerintah kedua orang itu untuk membuatkan baju baru untuk dirinya, menggunakan bahan kain istimewa itu. Mereka diberi sebuah ruangan khusus di istana, beserta benang-benang emas yang mereka minta. Kedua penipu itu menyembunyikan benang-benang emas yang mereka terima, kemudian berpura-pura sedang bekerja keras untuk membuat sebuah baju.
Beberapa hari kemudian, raja yang tidak sabar mengutus menteri nya untuk menengok baju istimewa yang sedang dibuat itu. Ketika menteri mengunjungi para penipu yang menyamar itu, ia pun kebingungan. “Aku tidak melihat apa pun disini” pikirnya. Akan tetapi menteri itu tidak mau mengakuinya karena tidak ingin dianggap bodoh. Maka ia pun memuji kedua penipu itu dan mengatakan bahwa baju yang mereka buat sangat indah. Setelah menteri keluar dari ruangan itu, kedua penipu tertawa terbahak-bahak.
Tak lama kemudian sang raja datang untuk melihat sendiri. Dia berusaha melihat keseluruh ruangan, tapi ia tidak melihat apa pun. Namun, karena tidak ingin dianggap bodoh, raja pun berpura-pura bisa melihat baju yang istimewa itu dan berkata, “Baju yang sangat indah, aku tidak sabar ingin segera memakainya”
Keesokan harinya adalah hari dimana sang raja akan mengenakan baju barunya pada acara pawai keliling kota. Kedua penipu yang menyamar telah berpamitan dan pergi dengan alasan akan membuatkan baju untuk raja dari kerajaan-kerajaan lain. Tentu saja, mereka tidak lupa membawa benang-benang emas yang telah mereka sembunyikan, beserta uang emas upah membuat baju.
Saat raja memakai baju barunya, ia tetap saja tidak bisa melihat baju itu, dan ia merasa kedinginan. Tapi karena tidak ingin dibilang bodoh, raja pun berputar-putar di depan cermin dan mengagumi baju barunya, walaupun ia tidak melihat apa-apa. Semua pegawai kerajaan juga mengatakan bahwa baju baru itu sangat indah, karena mereka juga tidak ingin dianggap bodoh.
Seluruh rakyat telah mendengat bahwa raja akan mengenakan baju baru sang spesial hari itu. Saat sang raja muncul, semuanya terkejut. Akan tetapi mereka juga telah mendengar kabar bahwa baju baru yang spesial itu hanya dapat dilihat oleh orang yang pintar saja, dan karena mereka tidak ingin dianggap bodoh, mereka pun berseru-seru memuji sang raja.
Mendadak terdengar suara anak kecil berteriak, “tetapi, dia kan tidak pakai baju, sang raja telanjang!” Semua terdiam. Raja pun menyadari bahwa anak kecil itu berkata jujur, dan dengan terburu-buru ia berjalan kembali ke istana.
Asal Mula Guntur
Dahulu
kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Mekhala, si peri
cantik dan pandai, berguru pada Shie, seorang pertapa sakti. Selain
Mekhala, Guru Shie juga mempunyai murid laki-laki bernama Ramasaur.
Murid laki-laki ini selalu iri pada Mekhala karena kalah pandai. Namun
Guru Shie tetap menyayangi kedua muridnya. Dan tidak pernah membedakan
mereka.
Suatu
hari Guru Shie memanggil mereka dan berkata, “Besok, berikan padaku
secawan penuh air embun. Siapa yang lebih cepat mendapatkannya,
beruntunglah dia. Embun itu akan kuubah menjadi permata, yang bisa
mengabulkan permintaan apapun.” Mekhala dan Ramasaur tertegun. Terbayang
oleh Ramasaur ia akan meminta harta dan kemewahan. Sehingga ia bisa
menjadi orang terkaya di negerinya. Namun Mekhala malah berpikir keras.
Mendapatkan secawan air embun tentu tidak mudah, gumam Mekhala di dalam
hati.
Esoknya
pagi-pagi sekali kedua murid itu telah berada di hutan. Ramasaur dengan
ceroboh mencabuti rumput dan tanaman kecil lainnya. Tetapi hasilnya
sangat mengecewakan. Air embun selalu tumpah sebelum dituang ke cawan.
Sebaliknya, Mekhala dengan hati-hati menyerap embun dengan sehelai kain
lunak. Perlahan diperasnya lalu dimasukan ke cawan. Hasilnya sangat
menggembirakan. Tak lama kemudian cawannya telah penuh. Mekhala segera
menemui Guru Shie dan memberikan hasil pekerjaannya.
Guru
Shie menerimanya dengan gembira. Mekhala memang murid yang cerdik.
Seperti janjinya, Guru Shie mengubah embun itu menjadi sebuah permata
sebesar ibu jari. ” Jika kau menginginkan sesuatu, angkatlah permata ini
sejajar dengan keningmu. Lalu ucapkan keinginanmu,” ujar Guru Shie.
Mekhala mengerjakan apa yang diajarkan gurunya, lalu menyebut
keinginannya. Dalam sekejap Mekhala telah berada di langit biru.
Melayang-layang seperti Rajawali. Indah sekali.
Sementara
itu, baru pada senja hari Ramasaur berhasil mendapat secawan embun.
Hasilnya pun tidak sejernih yang didapat Mekhala. Tergopoh-gopoh
Ramasaur menyerahkannya pada Guru Shie. “Meskipun kalah cepat dari
Mekhala, kau akan tetap mendapat hadiah atas jerih payahmu,” kata Guru
Shie sambil menyerahkan sebuah kapak sakti. Kapak itu terbuat dari
perak. Digunakan untuk membela diri bila dalam bahaya. Bila kapak itu
dilemparkan ke sasaran, gunung pun bisa hancur.
Ternyata
Ramasaur menyalahgunakan hadiah itu. Ia iri melihat Mekhala yang bisa
melayang-layang di angkasa. Ramasaur segera melemparkan kapak itu ke
arah Mekhala. Tahu ada bahaya mengancam, Mekhala menangkis kapak itu
dengan permatanya. Akibatnya terjadilah benturan dahsyat dan cahaya yang
sangat menyilaukan. Benturan itu terus terjadi hingga saat ini, berupa
gelegar yang memekakkan telinga. Orang-orang menyebutnya “guntur”.
Puteri Tidur
Dahulu
kala, ada sepasang Raja dan Ratu yang berbahagia, karena setelah
bertahun-tahun lamanya, akhirnya Ratu melahirkan seorang Puteri.
Dalam
acara megah yang diselenggarakan sebagai penghormatan kepada para peri
itu, masing-masing peri memberikan berkat kepada sang Puteri.
Peri keenam mengatakan “Kamu akan sangat pintar memainkan alat musik.”
Tiba2
datang peri tua ke tengah acara itu. Ia sangat marah karena tidak
diundang. Semua orang memang sudah lama tidak pernah melihat peri tua
itu, dan mengira bahwa ia sudah meninggal atau pergi dari kerajaan itu.
Peri
tua yang marah itu mendekati sang Puteri dan mengutuknya “Jarimu akan
tertusuk jarum pintal dan kamu akan mati!” dan kemudian peri tua itu pun
menghilang.
Semua orang sangat terkejut. Ratu pun mulai menangis.
Peri
ketujuh mendekati sang Puteri dan memberikan berkatnya “Aku tidak bisa
membatalkan kutukan, tapi aku dapat memberikan berkatku supaya Puteri
tidak akan mati karena terkena jarum pintal, melainkan hanya tertidur
pulas selama seratus tahun. Setelah seratus tahun, seorang Pangeran
tampan akan datang untuk membangunkannya.”
Karena kesepian, sang Puteri berjalan-jalan menjelajahi istana dan sampai di sebuah loteng. Disana ia menjumpai seorang wanita tua yang sedang memintal benang menggunakan alat pintal. Karena belum pernah melihat alat pintal, sang Puteri sangat tertarik dan ingin mencoba.
Wanita tua itu sebenarnya adalah peri tua jahat yang dulu mengutuknya. Saat sang Puteri mencoba alat pintal itu, ia pun dengan sengaja menusukkan jarum pintal ke tangan sang Puteri.
Sang Puteri jatuh tak sadarkan diri dan tertidur karena terkena kutukan. Peri tua jahat tertawa puas dan menghilang dalam kegelapan.
Saat Raja dan Ratu kembali, mereka dan seluruh pegawai kerajaan kebingungan mencari sang Puteri. Saat mereka menemukannya, Raja tersadar bahwa kutukan peri tua jahat telah menjadi kenyataan. Sang Puteri lalu dibawa ke kamarnya dan dibaringkan di tempat tidurnya. Raja lalu mengirimkan kabar mengenai peristiwa itu ke peri ketujuh yang baik hati.
Peri ketujuh yang baik hati lalu bergegas ke istana. Ia memutuskan untuk menidurkan semua orang di kerajaan itu supaya kelak saat kutukan sang Puteri berakhir mereka semua akan bangun bersama-sama.
Dalam waktu singkat pohon-pohon besar dan semak belukar yang lebat dan berduri tumbuh di seluruh wilayah kerajaan, sehingga sangat sulit bagi siapapun untuk menerobosnya. Bahkan puncak-puncak istana pun hanya dapat terlihat ujungnya saja. Karena menjadi sangat tertutup, sang Puteri dan seluruh kerajaan menjadi aman, walaupun mereka semua tertidur.
Setelah masa seratus tahun berakhir, seorang Pangeran tampan yang kebetulan sedang berburu di dekat wilayah kerajaan itu melihat pucuk-pucuk istana itu. Ia sudah banyak mendengar cerita tentang kerajaan itu, antara lain tentang istana yang dianggap berhantu, para penyihir, dan cerita-cerita lain yang sangat menyeramkan yang sebenarnya tidak benar.
Karena penasaran, saat kembali dari berburu sang Pangeran mencari orang tua yang paling bijaksana dan pintar di kerajaan untuk menanyakan tentang kerajaan tetangga yang penuh misteri itu.
Orang tua yang bijaksana itu lalu bercerita bahwa menurut leluhurnya, di dalam istana di kerajaan yang misterius itu terbaring seorang Puteri yang paling cantik di dunia, yang tertidur karena terkena kutukan dari peri tua jahat. Sang Puteri akan terus tidur hingga ada seorang Pangeran yang datang untuk membangunkannya.
Pangeran tampan yang pemberani itu lalu bergegas berangkat menuju kerajaan misterius itu. Ia berniat untuk menyelamatkan sang Puteri. Sang Pangeran berjuang menembus semak belukar dan pepohonan untuk dapat mencapai kedalam wilayah kerajaan yang misterius itu.
Sesampainya disana, ia melihat banyak sekali orang dan hewan peliharaan yang terbaring dimana-mana. Tetapi mereka tidak mati, sepertinya mereka hanya tertidur sangat nyenyak. Pangeran lalu masuk ke dalam istana. Disana ia pun melihat seluruh pegawai kerajaan yang tertidur pulas.
Setelah berjalan-jalan menjelajahi istana itu, sang Pangeran berhasil menemukan sang Puteri di sebuah kamar. Sang Pangeran terpesona oleh kecantikan sang Puteri. Pangeran pun berlutut dan memegang tangan sang Puteri. Saat itulah kutukan berakhir dan sang Puteri membuka matanya. Ia menyambut sang Pangeran yang telah lama ia tunggu dengan bahagia.
Dalam waktu yang bersamaan seluruh penghuni istana dan seluruh kerajaan terbangun. Semak belukar dan pepohonan menghilang. Semua orang kembali mengerjakan urusan mereka masing-masing. Raja dan Ratu juga terbangun dan segera menyambut sang Pangeran dari kerajaan tetangga itu.
Tak lama kemudian, sang Puteri dan sang Pangeran tampan menikah. Mereka lalu hidup berbahagia selamanya.
Aladin dan Lampu Ajaib
Aladin adalah seorang laki-laki
yang berasal dari Negara Persia. Dia tinggal berdua dengan ibunya.
Mereka hidup dalam kesederhanaan. Hingga pada suatu hari ada seorang
laki-laki yang datang kerumah Aladin. Laki-laki itu berkata kalau dia
adalah saudara laki-laki almarhum bapaknya yang sudah lama merantau ke
Negara tetangga. Aladin dan ibunya sangat senang sekali, karena ternyata
mereka masih memiliki saudara.
“Malang
sekali nasibmu saudaraku”, kata laki-laki itu kepada aladin dan ibunya.
“Yang penting kita masih bisa makan,paman”, jawab Aladin. Karena merasa
prihatin dengan keadaan saudaranya tersebut, maka laki-laki itu
bermaksud untuk mengajak Aladin ke luar kota. Dengan seijin ibunya,lalu
Aladin mengikuti pamannya pergi ke luar kota.
Perjalanan
yang mereka tempuh sangat jauh sekali, dan pamannya tidak mengijinkan
Aladin untuk beristirahat. Saat Aladin meminta pamannya untuk berhenti
sejenak, pamannya langsung memarahinya. Hingga akhirnya mereka sampai di
suatu tempat di tengah hutan. Aladin lalu diperintahkan pamannya untuk
mencari kayu bakar. “Nanti ya paman, Aladin mau istirahat dulu”, kata
Aladin. Pamannya sangat marah setelah mendengar jawaban Aladin tersebut.
“Berangkatlah sekarang, atau kusihir engkau menjadi katak”, teriak
pamannya. Melihat pamannya sangat marah,lalu Aladin bergegas berangkat
mencari kayu.
Setelah
mendapatkan kayu, pamannya lalu membuat api dan mengucapkan mantera.
Aladin sangat terkejut sekali, karena setelah pamannya membacakan
mantera, tiba-tiba tanah menjadi retak dan membentuk lubang. Aladin
mulai bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah dia benar pamanku? Atau dia
hanya seorang penyihir yang ingin memanfaatkan aku saja?”
“Aladin,
turunlah kamu kelubang itu. Ambilkan aku lampu antic di dasar gua itu”,
suruh pamannya. “AKu takut paman”, kata Aladin. Pamannya lalu
memberikan cincin kepada Aladin. “Pakailah ini, cincin ini akan
melindungimu”, kata pamannya. Kemudian Aladin mulai turun kebawah.
Setelah
sampai di bawah, Aladin sangat takjub dengan apa yang dia lihat. Di
dasar gua tersebut Aladin menemukan pohon yang berbuahkan permata dan
banyak sekali perhiasan. “Cepat kau bawa lampu antiknya padaku, Aladin.
Jangan perdulikan yang lain”, teriak pamannya dari atas. Aladin lalu
mengambil lampu antik itu, dan mulaimemanjat ke atas. Tetapi setelah
hamper sampai di atas, Aladin melihat pintu gua sudah tertutup dan hanya
terbuka sedikit. Aladin mulai berpikir kalau pamannya akan
menjebaknya. “Cepat Aladin, lemparkan saja lampunya”, teriak pamannya.
“Tidak, aku tidak akan memberikanlampu ini, sebelum aku sampai di
atas”,jawab Aladin.
Setelah
berdebat, paman Aladin menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu
lubang ditutup, dan pamannya meninggalkan Aladin terkurung di dalam
lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. Kini dia
tau kalau sebenarnya laki-laki tersebut bukanlah pamannya, dan dia hanya
diperalat oleh laki-laki itu. Aladin lalubmencari segala cara supaya
dapat keluar dari gua, tetapi usahanya selalu sia-sia. "Aku sangat
lapar, dan ingin bertemu ibuku, ya Tuhan, tolonglah hambamu ini !", ucap
Aladin.
Sambil
berdoa, Aladin mengusap-usap lampu antik dan berpikir kenapa laki-laki
penyihir itu ingin sekali memiliki lampu itu. Setelah digosok-gosok,
tiba-tiba di sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan
dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. "Maafkan
saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah Jin penunggu lampu.
Apa perintah tuan padaku?”, kata raksasa "Oh, kalau begitu bawalah aku
pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera
pergi dari sini", kata Jin lampu. Dalam waktu singkat, Aladin sudah
sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya, panggillah saya
dengan menggosok lampu itu".
Aladin
menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa
penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu Aladin. “Ini
adalah lampu ajaib Bu!”, jawab Aladin. Karena ibunya tidak percaya, maka
Aladin lalu menggosok lampu itu. Dan setelah Jin lampu keluar, Aladin
meminta untuk disiapkan makanan yang enak-enak. Taklama kemudian ibunya
terkejur,karena hidangan yang sangat lezat sudah tersedia di depan mata.
Demikian
hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya.
Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang
Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta
kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada
ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan
mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa
permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk
Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti
seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian
dengan membawa serta putriku". Setelah tiba di rumah Ibu segera
menggosok lampu dan meminta Jin lampu untuk membawakan sebuah istana.
Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian jin lampu
datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok
hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang
sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya
sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua
melaksanakan pesta pernikahan.
Tidak
disangka, ternyata si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu
melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura
menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia
berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang
permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan
menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu
dan memerintahkan jin lampu memboyong istana beserta isinya dan istri
Aladin ke rumahnya.
Ketika
Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut karena istananya
hilang. Aladin lalu teringat dengan cincin pemberian laki-laki penyihir.
Digosoknya cincin tersebut, dan keluarlah Jin cincin. Aladin bertanya
kepada Jin cincin tentang apa yang sudah terjadi dengan istananya. Jin
Cincin kemudian menceritakan semuanya kepada Aladin. "Kalau begitu
tolong bawakan istana dan istriku kembali lagi kepadaku”, seru Aladin.
"Maaf Tuan, kekuatan saya tidaklah sebesar Jin lampu," kata Jin cincin.
"Kalau begitu, Tolong Antarkan aku ke tempat penyihir itu. Aku akan
ambil sendiri", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap
masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. Putri lalu bilang kalau
penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum Bir. Setelah
mengetahui kalau penyihir itu tidur, maka Aladin menyelinap ke dalam
kamar laki-laki penyihir tersebut.
Setelah
berhasil masuk dalam kamar, Aladin lalu mengambil lampu ajaibnya yang
penyihir dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin
kepada Jin lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi Jin
lampu langsung membanting penyihir itu dan melemparkan ke luar istana.
"Terima kasih Jin lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke
tempatnya semula". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia
mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin
dan kesusahan.
Cinderela
Di sebuah rumah, hiduplah seorang anak yang sangat
cantik dan baik hati. Dia diberi nama Cinderela oleh kedua kakak
tirinya. Kakak tiri Cindera itu sangat tidak suka dengan Cinderela. Tiap
hari Cinderela selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dari kedua kakak
dan ibu trinya. Dia selalu disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah
dan selalu dibentak-bentak.
Hingga
pada suatu hari, datanglah pegawai kerajaan ke rumah mereka. Pegawai
kerajaan teresebut ternyata membawa undangan pesta dari sang raja. Kedua
kakak dan ibu tiri Cinderala bersorak kegirangan. “Horeeee….. besok
kita akan pergi ke Istana. Aku akan berdandan secantik mungkin, agar
pangeran suka denganku”, teriak kedua kakak Cinderela. Mendengar
teriakan kakak-kakaknya tersebut, lalu Cinderela meminta ijin pada ibu
tirinya untuk ikut dalam pesta tersebut. Cinderela sangat sedih, karena
ibu tiri dan kakak-kakak tirinya tidak mengijinkan dia ikut dalam acara
itu. “Kamu mau pakai baju apa Cinderela? Apa kamu mau ke pesta dengan
baju kumalmu itu?”, teriak kakaknya.
Akhirnya
waktu pelaksanaan pesta sudah tiba, semuanya sudah berdandan dengan
cantik dan sudah siap berangkat. Cinderela hanya bias memandangi kakak
dan ibu tirinya. Dia sangat sedih sekali,karena tidak dapat ikut dalam
pesta itu. Dia hanya bisa menangis di dalam kamar dan membayangkan
meriahnya pesta tersebut. “Andaikan aku bisa ikut dalam pesta itu, pasti
aku akan senang sekali”, gumam Cindera. Tidak berapa lama setelah
Cinderela berkata, tiba-tiba ada suara dari belakangnya. “Janganlah
engkau menangis Cinderela”. Mendengar suara itu, lalu Cinderela
berbalik. Ternyata dia melihat ada seorang peri yang sedang tersenyum
padanya. “Kamu pasti bisa dating ke pesta itu Cinderela”, kata peri itu.
“Bagaimana caranya? Aku tidak punya baju pesta dan saudara-saudaraku
juga sudah berangkat.”, tanya Cinderela pada peri itu.
“Tenanglah
Cinderela, bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal kepadaku", kata
peri itu. Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan
kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil
menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah
menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang
sais. Cinderela pun disulap menjadi Putri yang sangat cantik, dengan
memakai gaun yang sangat indah dan sepatu kaca.
"Cinderela,
pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam,
jadi lamu harus pulang sebelum pukul dua belas”,kata peri itu. "Ya ibu
peri. Terimakasih", jawab Cinderela. Setelah semuanya sudah siap, kereta
kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah
tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk,
pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum
dengan kecantikan Cinderela. "Cantik sekali putri itu! Putri dari negara
mana ya ?" Tanya mereka.
Akhirnya
sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah
Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil
mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama
yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak
menyangka kalau putrid yang cantik itu adalah Cinderela. Pangeran terus
berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan
selama ini," kata sang Pangeran.
Karena
terlalu senag dan menikmati pesta itu, Cinderela lupa akan waktu. Jam
mulai berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,".
Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari
ke luar Istana. Di tengah jalan, Cinderela terjatuh dan sepatunya
terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus
berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak
Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan
Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku akan mencarimu," katanya
bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang penuh
berpakaian tidak bagus lagi, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.
Esok
harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang
ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu
kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya
para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang kakinya
cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela
mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap
memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu,
pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu
tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!".
Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat
cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira. "Iya akulah
wanita yang dicari pangeran”,kata Cinderela. “Selamat Cinderela!”
Mendengar kata itu, Cinderela lalu menoleh kebelakang, dan dilihatnya
ibu peri sudah berada di belakangnya. "Mulai sekarang hiduplah
berbahagia dengan Pangeran di istana. Sim salabim!.," katanya peri
tersebut.
Begitu peri membaca mantaranya, Cinderela berubah menjadi putri yang memakai gaun yang sanagat indah. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang sampai kapan pun Cinderela" kata sang peri. Cinderela kemudian dibawa oleh pengawal istana untuk bertemu dengan sang pangeran. Sesampainya di istana, Pangeran sanat bahagia dan menyambut kedatangan Cinderela. "Maukah kau menikah denganku?" tanya Pangeran "Baiklah" jawab Cinderela. Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup bahagia selamanya
Pulau Hantu
Tersebutlah
dua orang jagoan yang selalu ingin menunjukkan dirinya lebih jago dari
yang lain. Pada suatu hari, mereka bertemu di perairan sebelah selatan
Singapura.
Tanpa
ba atau bu, mereka langsung saling menyerang. Mereka bertarung lama
sekali hingga tubuh mereka bersimbah darah. Karena sama-sama kuat, tak
ada tanda-tanda siapa yang akan kalah.
Jin
Laut tidak suka dengan pertarungan itu karena darah mereka mengotori
laut. Jin Laut lalu menjungkirbalikkan perahu mereka. Maksudnya agar
mereka berhenti bertarung. Ternyata, mereka tetap bertarung. Dengan
kesaktiannya masing-masing, mereka bertarung di atas air.
“Hei, aku perintahkan kalian berhenti beratarung! Ini wilayah kekuasaanku. Kalau tidak…”
Bukannya berhenti, kedua jagoan itu malah bertempur lebih seru. Dengan isyarat tangan, mereka bahkan seperti mengejek Jin Laut.
Jin
Laut marah. Dia menyemburkan air ke wajah kedua jagoan itu sehingga
pandangan mereka terhalang. Karena tak dapat melihat dengan jelas, kedua
jagoan itu bertempur secara membabi-buta. Mereka mengayunkan pedang ke
sana-kemari sekehendak hati sampai akhirnya bersarang di tubuh lawan
masing-masing. Kedua jagoan itu pun menemui ajalnya.
Para
dewa di kayangan murka karena Jin Laut turut campur urusan manusia.
Mereka memperingatkan Jin Laut untuk tidak lagi ikut campur urusan
manusia. Jin Laut mengaku salah dan mencoba menebus dosa dengan
membuatkan tempat khusus agar roh kedua jagoan itu dapat bersemayam
dengan tenang. Jin Laut menyulap sampan yang ditumpangi kedua jagoan itu
menjadi pulau tempat bersemayam roh mereka. Orang-orang kemudian
menyebut pulau itu sebagai Pulau Hantu.
Bukit Merah
Dulu,
Singapura pernah direpotkan oleh ikan todak. Ikan bermoncong panjang
dan tajam itu suka menyerang penduduk. Tak terhitung berapa banyak
penduduk yang luka-luka dan mati akibat serangan ikan ganas itu.
Raja
kemudian memerintahkan penglima perangnya untuk menaklukkan ikan-ikan
jahat itu. Maka, dipersiapkanlah sepasukan prajurit untuk membunuh ikan
itu. Akan tetapi, hampir semua prajurit itu mati di moncong Todak. Raja
bingung bagaimana menundukkan ikan itu.
Di tengah kebingungannya, Raja didatangi seorang anak kecil.
“Mohon ampun, Paduka yang Mulia, bolehkah hamba mengatakan sesuatu tentang ikan-ikan itu?”
“Katakanlah!”
“Ikan-ikan itu hanya bisa ditaklukkan dengan pagar pohon pisang.”
“Apa maksudmu?”
Yang
dimaksud anak kecil itu adalah pagar yang terbuat dari batang pohon
pisang. Pohon-pohon itu ditebang, dijajarkan, kemudian direkatkan dengan
cara ditusuk dengan bambo antara yang satu dan lainnya hingga
menyerupai pagar. Pagar itu kemudian ditaruh di pinggir pantai, tempat
ikan-ikan itu biasa menyerang penduduk.
Raja
kemudian memerintahkan Panglima untuk membuat apa yang dilkatakan anak
kecil itu. Diam-diam Panglima mengakui kepintaran si anak. Diam-diam
pula dia membenci anak kecil itu. Gagasan si anak membuat Panglima
merasa bodoh di hadapan Raja.
“Seharusnya
akulah yang mempunyai gagasan itu. Bukankah aku panglima perang
tertinggi? Masak aku kalah oleh anaka kecil,” katanya dalam hati.
Keesokan
harinya, selesailah pagar pohon pisang itu. Pagar itu lalu ditaruh di
tepi pantai sebagaimana yang dikatakana si anak kecil.
Ternyata
benar. Ikan-ikan yang menyerang pagar pohon pisang itu tak bisa menarik
kembali moncongnya. Mereka mengelepar-gelepar sekuat tenaga, tetapi
sia-sia. Moncong mereka yang panjang dan tajam itu menancap kuat dan
dalam pada batang pohon pisang yang lunak itu. Akhirnya, dengan mudah
penduduk dapat membunuh ikan-ikan jahat itu.
“Terima kasih. Kau sungguh-sungguh anak yang pintar,” puji Raja.
Orang-orang bersuka cita.
Akan tetapi, panglima perang yang iri dan kesal karena merasa tampak bodoh di hadapan Raja itu menghasut Raja.
“Baginda, anak kecil yang cerdas itu tampaknya bisa menjadi ancaman jika dia besar nanti.”
“Maksudmu?”
“Siapa tahu, setelah besar nanti, dengan kepintarannya dia berhasrat merebut tahta Paduka.”
Raja terhasut. Ia lalu memerintahkan Sang Panglima untuk menyingkirkan anak itu.
Sang
Panglima mendatangi rumah anak kecil itu dan dengan licik membunuh anak
tak berdosa itu. Anehnya, darah si anak mengalir deras dan membasahi
seluruh tanah bukit tempat anak itu tinggal. Seluruh bukit menjadi
merah. Orang-orang lalu menyebut tempat itu Bukit Merah.
Langganan:
Postingan (Atom)