Malam itu Farid, Fira dan kedua orang tuanya sedan sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk perjalanan esok hari ke Banyuwangi.Farid membantu ayahnya dan Fira membantu ibunya.
Ibu:"Obat- obatannya jangan sampai ketinggalan ya!".
Fira:"Beres Bu!".
Memasuki kota Probolinggo, Ayah minta istirahat.
Ayah:"Farid, gantikan ayah menyetir ya!".
Farid:"Ok deh! Siapa takut".
Kini Farid menggantikan ayahnya menyetir mobil.Ketika tiba dikota Jember, hari telah malam.
Ayah:"Ayo kita istirahat untuk makan malam".
Farid:"Siiiiiiiiip, perutku juga sudah berontak nih!".
Fira:"Huh dasar".
Mereka berputar- putar mencari rumah makan.Dari kejauhan mereka melihat rumah makan yang ramai. Mobil berjejer- jejer dirumah makan tersebut. Farid mengarahkan mobilnya masuk halaman rumah makan tersebut. Sebenarnya, bangunan itu terlihat seperti bangunan Belanda.
Farid:"Tadi disini banyak mobil".
Ayah:"Mungkin sudah pergi sebelum kita sampai".
Ibu:"Kenapa cepat sekali ya?".
Farid langsung memarkir mobilnya, dan mereka pun segera turun.
Fira:"Kenapa perasaanku jadi tidak enak begini".
Ketika memasuki rumah makan tersebut, Fira melihat langkah Farid, Ayah, dan Ibu kaku.
Fira:"Ibu, Ayah, dan kak Farid kenapa langkahnya seperti robot?".
Ibu:"Siapa yang kaya robot?".
Ayah segera membuka pintu rumah makan tersebut. Ketika Fira melangkah masuk, tiba- tiba angin dingin menerpa tengkuknya.
Fira:"Kenapa tiba- tiba begini?".
Fira memperhatikan pengunjung yang berada disana. Wajah- wajah mereka tampak pucat. Tidak ada kesan mereka menikmati makanannya. Tiba- tiba sejumlah kelalawar terbang berkeliling di langit- langit bangunan tua itu. Salah seekor kelalawar menukik tajam ke arah Fira. Gadis itu gelagapan, sehingga menjadi perhatian para pengunjung.
Fira:"Kelalawar itu matanya merah menyala".
Tak lama kemudian, orang- orang berwajah pucat itu keluar melalui pintu belakang. Ibu, Ayah, serta Farid seakan tidak melihat keganjilan para pengunjung itu, mereka tetap makan dengan lahap.
Ayah:"Apa yang terjadi?".
Fira:"Tidak ada apa- apa ayah. Rumah makan ini ada hantunya!".
Ayah dan ibunya serta Farid langsung muntah ketika Fira menyebut hantu.Makanan yang keluar dari mulut mereka berubah menjadi cacing kecil dan serangga.
Ayah:"Tunggulah, aku akan membayar makanan ini".
Fira:"Kenapa Ayah, Ibu, dan kak Farid seakan tidak peduli?".
Anehnya sang ayah tidak menjumpai seorang pelayan pun. Lelaki itu semakin penasaran, ia mencari pelayan yang lain.
Ayah:"Ngak ada orang?".
Tiba- tiba .....
"toloooooong!!!!!".
Fira:"Ayah?".
Fira berlari mencari ayah mereka. Lelaki itu tergeletak pingsan didekat pencucian piring yang kotor. Ibu dan Farid menolong ayahnya.
Farid:"Fir, ngapain kamu disitu?".
Fira tidak menghiraukan panggilan kakaknya. Mata gadis itu tertuju pada sebuah bungkusan plastik berwarna hitam.
Fira:"Banyak tulang belulang! Banyak kecoa!".
Fira mengambil sebuah kayu untuk mengorek isi bungkusang tersebut.
Fira:"Astaga! Jari manusia!".
Tiba- tiba mereka mendengar derap kaki orang sedang berbaris dari pintu belakang.
Fira:"Cepat kita keluar dari tempat ini!".
Ibu dan Farid segera memapah ayahnya. Sedangkan jari- jari yang berada dalam plastik hitam itu berlompatan keluar. Jari- jari itu seakan punya mata dan berlompatan keluar mengejar mereka. Di atas meja- meja makan terlihat banyak tulang dan tengkorak manusia.
Ibu:"Ya Tuhan! Lindungilah kami......".
Mereka langsung masuk mobil. Farid dengan tangan geretar menstater mobil yang tiba- tiba mogok.
Fira:"Cepat kak!"
Beberapa saat kemudian, mesin mobil berhasil dihidupkan. Farid langsung tancap gas menggalkan tempat itu. Fira sempat menoleh kebelakang dan ternyata yang terlihat hanyalah puing- puing bekas bangunan. Akhirnya, mereka tidak jadi pergi ke Banyuwangi.
kamu umur 11 aku 10 punya web tapi bukan dongeng jualan kan dapet uang buka http://tokoritrel.blogspot.com/ profil ku sasuke uciha dah ada rengking kamu ga ada payah
BalasHapus