Minggu, 18 Maret 2012

Timun Emas

     Mbok Sirni namanya, ia seorang janda yang mengimginkan seorang anak gar dapat membantunya bekerja. Suatu hari ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberinya seorang anak dengan syarat apabila anak itu sudah berusia enam belas tahun harus diserahkan ke raksasa itu untuk disantap. Mbok Sirni pun setuju. Raksasa memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat. Setelah dua minggu, diantara buah mentimun yang ditanamnya, ada satu yang paling besar dan berkilauan seperti emas. Kemudian, Mbok Sirni membelah buah itu dengan hati- hati. Ternyata isinya seorang bayi cantik yang diberi nama Timun Emas.
     Makin hari Timun Emas tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Suatu hari datanglah raksasa untuk menagih janji. Mbok Sirni sangat takut kehilangan Timun Emas, dia mengulur janji agar raksasa datang dua tahun lagi, karena makin dewasa, makin enak untuk disantap, raksasa pun setuju. Mbok Sirni pun makin sayang pada Timun Emas. Setiap kali dia teringat akan janjinya, hatinya pun menjadi sedih dan cemas.
     Suatu malam, Mbok Sirni bermimpi agar anaknya selamat, ia harus menemui petapa di Gunung Gundul. Paginya, ia langsung pergi untuk menemui sang petapa. Di Gunung Gundul, ia bertemu seorang petapa yang memberinya empat buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarim, garam, dan terasi sebagai penangkal. Sesampainya dirumah diberikannya empat bungkusan tadi kepada Tumun Emas, dan disuruhnya Timun Emas berdoa.
     Paginya, raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun Emas pun disuruh keluar lewat pintu belakang oleh Mbok Sirni. Raksasa pun mengejarnya. Timun Emas pun teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun.
     Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasa pun memakannya, tapi buah timun itu malah menambah kekuatan raksasa.
     Lalu Timun Emas menaburkan jarum. Dalam sekejap, tumbuhlah pohon- pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam.
     Dengan kaki yang berdarah- darah, raksasa terus mengejar Timun Emas. Timun Emas pun membuka bungkusan garamdan ditaburkannya. Seketika hutan pun menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya raksasa dapat melewati hadangan itu.
     Yang terakhir, Timun Emas menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasa itu pun mati. Timun Emas mengucap syukur. "Terima kasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini". Akhirnya Mbok Sirni dan Timun Emas hidup bahagia dan damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar